Siap menguasai investasi aset digital? Gabung dengan Akademi Crypto sekarang! Gabung Sekarang →

Akademi Crypto

Pelajaran dari Kebangkrutan 3AC Crypto Hedge Fund

Kisah kejatuhan Three Arrows Capital (3AC), hedge fund crypto raksasa, menjadi studi kasus penting tentang risiko investasi. Pelajari penyebab kebangkrutan 3AC dari leverage berlebihan hingga keruntuhan Terra Luna, dampaknya pada crypto contagion, dan pentingnya manajemen risiko crypto.

0
1
Pelajaran dari Kebangkrutan 3AC Crypto Hedge Fund

Dalam dunia investasi aset digital yang penuh dinamika dan volatilitas tinggi, kisah kejatuhan 'Three Arrows Capital' (3AC) menjadi salah satu babak paling gelap di tahun 2022. Sebelum keruntuhannya, 3AC adalah salah satu hedge fund kripto terbesar dan paling dihormati di industri. Mereka mengelola miliaran dolar aset dan memiliki pengaruh signifikan dalam berbagai proyek serta protokol kripto. Didirikan oleh Su Zhu dan Kyle Davies, 3AC dikenal karena strategi trading dan investasi agresifnya, memanfaatkan peluang di pasar yang sedang bullish. Pergerakan mereka diamati banyak pelaku pasar, sering kali menjadi partisipan awal dalam proyek-proyek besar atau memegang posisi signifikan di aset-aset kripto terkemuka. Signifikansi mereka tidak hanya pada ukuran dana kelolaan, tetapi juga pada koneksi luas di seluruh ekosistem kripto, mulai dari bursa (exchange), platform peminjam (lenders), hingga proyek-proyek DeFi (Decentralized Finance). Oleh karena itu, kejatuhan mereka bukan sekadar kegagalan satu perusahaan, melainkan guncangan hebat yang memicu efek domino dan mengungkap kerentanan struktural di pasar kripto yang saat itu berada di puncak euforia sebelum memasuki periode bearish. Memahami kebangkrutan 3AC bukan hanya pelajaran sejarah finansial, tetapi panduan krusial tentang risiko yang melekat dalam investasi kripto, terutama ketika leverage atau utang digunakan secara sembrono. Studi kasus kejatuhan crypto ini sangat penting dipelajari oleh semua pelaku pasar, baik pemula maupun profesional, untuk menghindari jebakan yang sama dan membangun fondasi investasi yang lebih kuat.

Penyebab Kebangkrutan 3AC: Strategi Leverage Berlebihan dan Taruhan Berisiko Tinggi

Inti dari model bisnis Three Arrows Capital, dan akhirnya akar penyebab kejatuhan mereka, adalah penggunaan leverage atau daya ungkit finansial dalam skala yang sangat besar. Leverage dalam investasi kripto berarti menggunakan dana pinjaman untuk meningkatkan potensi keuntungan dari pergerakan harga aset. Misalnya, dengan leverage 2x, setiap dolar modal Anda didukung oleh satu dolar pinjaman, memungkinkan Anda berinvestasi dua kali lipat dari modal awal. Jika harga aset naik, keuntungan Anda berlipat ganda, namun jika harga turun, kerugian Anda juga berlipat ganda. Bagi pemain besar seperti 3AC, leverage memungkinkan mereka mengambil posisi yang jauh lebih besar di pasar, memperkuat keuntungan ketika pasar naik.

3AC dikenal tidak hanya menggunakan leverage dalam jumlah besar, tetapi juga menggunakannya pada taruhan spekulatif yang agresif dan terkonsentrasi. Mereka mengambil posisi leverage pada aset-aset besar seperti Bitcoin atau Ethereum, tetapi juga pada aset atau strategi yang lebih berisiko tinggi. Salah satu contoh paling terkenal adalah investasi besar mereka dalam Grayscale Bitcoin Trust (GBTC). GBTC adalah produk investasi yang memungkinkan investor mendapatkan eksposur ke Bitcoin tanpa harus membeli dan menyimpan Bitcoin secara langsung. Produk ini sering diperdagangkan di pasar sekunder dengan premium atau diskon terhadap nilai aset bersih (Net Asset Value/NAV) Bitcoin yang mendasarinya.

3AC mengambil posisi besar di GBTC, memanfaatkan premium yang ada saat itu, berharap mendapat keuntungan ketika premium tersebut dapat dicairkan atau ketika GBTC diubah menjadi ETF (Exchange-Traded Fund) yang akan menghilangkan premium. Namun, seiring waktu, premium GBTC berubah menjadi diskon signifikan. Ini berarti nilai kepemilikan 3AC di GBTC turun jauh di bawah nilai Bitcoin yang sebenarnya mereka wakili. Kerugian ini diperparah oleh leverage yang mereka gunakan. Ketika diskon melebar dan harga Bitcoin mulai turun, posisi GBTC 3AC menjadi beban yang semakin berat.

Selain GBTC, 3AC juga memiliki eksposur besar pada berbagai aset berisiko lainnya, termasuk token dari proyek-proyek baru, aset DeFi tertentu, dan investasi modal ventura (venture capital) di berbagai startup kripto. Meskipun beberapa investasi ini mungkin menguntungkan, sebagian besar bersifat tidak likuid (sulit dijual cepat tanpa memengaruhi harga signifikan) dan sangat bergantung pada kondisi pasar keseluruhan serta keberhasilan proyek spesifik. Menggabungkan taruhan terkonsentrasi pada aset berisiko dengan penggunaan leverage ekstrem menciptakan kerentanan besar terhadap penurunan pasar (dikenal sebagai Risiko Investasi Crypto). Jika salah satu atau beberapa taruhan besar mereka gagal, kerugiannya akan diperbesar oleh leverage, mengikis modal dengan cepat dan memicu permintaan margin call dari para kreditur.

Penyebab Kebangkrutan 3AC: Dampak Keruntuhan Terra (LUNA)

Jika penggunaan leverage berlebihan adalah fondasi rapuh yang dibangun oleh 3AC, maka keruntuhan ekosistem Terra (Terra Luna Crash 3AC) adalah gempa besar yang merobohkan fondasi tersebut dengan cepat dan brutal. 3AC diketahui memiliki posisi signifikan dalam ekosistem Terra, khususnya memegang token LUNA (sekarang LUNC) dan UST (TerraUSD), stablecoin algoritmik yang seharusnya bernilai $1. Mereka adalah salah satu investor awal yang besar dalam ekosistem Terra dan secara aktif mendukung serta berpartisipasi dalam protokolnya.

Pada bulan Mei 2022, mekanisme algoritmik yang menjaga patokan UST terhadap dolar AS mengalami kegagalan dahsyat. Akibatnya, harga UST terlepas dari patokannya ($1) dan anjlok hampir menjadi nol, sementara harga LUNA, yang seharusnya menstabilkan UST melalui mekanisme mint-and-burn, mengalami hiperinflasi dan nilainya jatuh dari puluhan dolar menjadi fraksi sen hanya dalam beberapa hari. Keruntuhan Terra ini terjadi dengan sangat cepat dan menghancurkan, menyebabkan kerugian miliaran dolar bagi investor yang memegang LUNA dan UST.

Bagi 3AC, eksposur besar mereka di Terra, baik melalui kepemilikan LUNA maupun partisipasi dalam strategi yield farming dengan UST (misalnya, di protokol Anchor), menghasilkan kerugian yang sangat besar. Meskipun angka pastinya sulit dipastikan, estimasi menunjukkan kerugian mereka dari Terra Luna Crash 3AC mencapai ratusan juta dolar. Kerugian masif ini datang pada saat yang sangat buruk bagi 3AC, ketika pasar kripto secara umum sudah mulai memasuki fase bearish, dan aset-aset lain dalam portofolio 3AC juga mengalami penurunan nilai.

Kerugian dari Terra tidak hanya mengurangi aset 3AC, tetapi juga memicu permintaan margin call dari platform peminjam yang telah meminjamkan dana kepada 3AC dengan jaminan aset kripto lainnya. Ketika nilai jaminan (collateral) turun drastis (akibat penurunan pasar ditambah kerugian Terra), para kreditur menuntut jaminan tambahan atau pelunasan pinjaman. Karena 3AC sudah sangat terpukul oleh kerugian Terra dan nilai aset lainnya anjlok, mereka kesulitan memenuhi permintaan ini. Kegagalan ini secara langsung mempercepat krisis likuiditas 3AC yang pada akhirnya menyebabkan Penyebab 3AC Bangkrut.

Penyebab Kebangkrutan 3AC: Investasi pada Aset Tidak Likuid dan Lainnya

Selain leverage berlebihan dan kerugian masif dari Terra, faktor signifikan lainnya yang berkontribusi pada kejatuhan Three Arrows Capital adalah karakteristik portofolio investasi mereka yang mencakup banyak aset tidak likuid. Hedge fund seperti 3AC, terutama yang bergerak di pasar yang baru berkembang seperti kripto, sering berinvestasi dalam proyek-proyek tahap awal, token dari protokol yang belum mapan, atau aset-aset lain yang tidak memiliki pasar perdagangan yang dalam atau aktif. Aset-aset ini mungkin memiliki potensi keuntungan besar jika proyeknya berhasil, tetapi sangat sulit dijual dalam jumlah besar dengan cepat tanpa menyebabkan harga anjlok signifikan. Inilah yang dimaksud dengan aset tidak likuid.

Ketika 3AC menghadapi krisis likuiditas akibat margin call yang dipicu oleh kerugian Terra dan penurunan pasar (Crypto Market Crash 2022), mereka membutuhkan dana tunai (atau aset yang sangat likuid seperti Bitcoin atau Ether) segera untuk melunasi utang atau menambah jaminan. Namun, sebagian besar aset yang mereka miliki justru berupa aset yang sulit dijual dengan cepat. Menjual posisi besar di token-token kecil atau saham di startup kripto dalam waktu singkat sering kali tidak mungkin atau akan menghasilkan harga jual yang sangat rendah, memperparah kerugian mereka.

Ketergantungan pada aset tidak likuid ini menjadi jebakan. Saat pasar bearish dan tekanan likuiditas meningkat, 3AC tidak bisa dengan mudah mengonversi aset mereka menjadi uang tunai yang dibutuhkan. Ini berbeda dengan memiliki aset yang sangat likuid seperti Bitcoin dalam jumlah besar yang bisa dijual cepat di bursa utama. Situasi ini menunjukkan buruknya manajemen likuiditas yang menjadi salah satu Penyebab 3AC Bangkrut. Mereka memiliki banyak aset di atas kertas, tetapi tidak cukup aset yang bisa segera digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.

Selain itu, ada faktor-faktor lain yang mungkin berkontribusi, meskipun kurang terekspos publik. Desas-desus tentang operasional internal, kurangnya transparansi dalam pelaporan keuangan kepada para kreditur, dan potensi taruhan gagal lainnya pada aset atau strategi trading yang tidak sepenuhnya diketahui publik juga bisa menjadi bagian dari gambaran yang lebih besar mengenai kejatuhan mereka.

Efek Domino dan Crypto Contagion: Bagaimana Krisis Menyebar

Salah satu aspek paling merusak dari kebangkrutan 3AC adalah efek domino atau yang sering disebut Crypto Contagion (penularan krisis) ke seluruh ekosistem kripto. Karena posisi 3AC yang sangat besar dan koneksi luas mereka, banyak perusahaan lain di industri kripto memiliki eksposur signifikan terhadap 3AC, terutama sebagai kreditur atau mitra dagang. Ketika 3AC gagal memenuhi kewajiban pinjamannya, para kreditur mereka mengalami kerugian besar.

Beberapa perusahaan yang paling terpukul oleh Dampak Kebangkrutan 3AC adalah platform peminjam kripto (crypto lenders) dan bursa, seperti Voyager Digital, BlockFi, dan Celsius Network. Platform-platform ini menawarkan layanan peminjaman dan pemberian bunga atas aset kripto, dan banyak di antaranya meminjamkan aset kripto dalam jumlah besar kepada institusi seperti 3AC. Pinjaman ini sering dijamin dengan aset kripto lain (collateral), tetapi karena volatilitas pasar dan skala pinjaman besar, risiko gagal bayar selalu ada.

Ketika 3AC tidak dapat melunasi pinjamannya, para kreditur seperti Voyager dan BlockFi menghadapi kerugian substansial. Kerugian ini mengikis solvabilitas (kemampuan untuk membayar utang) dan likuiditas mereka sendiri. Situasi ini memaksa beberapa platform peminjam, seperti Celsius dan Voyager Digital, menghentikan penarikan dana pengguna, dan akhirnya mengajukan kebangkrutan. BlockFi juga menghadapi masalah serius dan akhirnya diakuisisi oleh FTX (yang kemudian juga bangkrut, menambah lapisan krisis lain).

Efek Crypto Contagion tidak berhenti di situ. Kejatuhan perusahaan-perusahaan peminjam ini menciptakan gelombang kepanikan di pasar. Investor ritel yang dananya terkunci di platform-platform tersebut mengalami kerugian atau ketidakpastian. Ketidakpercayaan menyebar, mendorong investor lain menarik aset mereka dari platform sentralisasi lainnya, meningkatkan tekanan likuiditas di seluruh sistem. Harga aset kripto yang sudah lesu akibat kondisi makroekonomi global dan keruntuhan Terra semakin tertekan oleh penjualan paksa (forced selling) aset oleh platform yang terkena dampak untuk mencoba memenuhi kewajiban mereka.

Pada akhirnya, Dampak Kebangkrutan 3AC berkontribusi signifikan terhadap penurunan tajam di pasar kripto pada pertengahan tahun 2022, memperparah Crypto Market Crash 2022 yang sudah terjadi. Kasus ini secara brutal menunjukkan bagaimana kegagalan satu entitas yang sangat terhubung dapat memiliki efek sistemik, menyoroti risiko interkoneksi dan kurangnya transparansi di beberapa bagian industri.

Pelajaran Berharga dan Manajemen Risiko Crypto

Kisah Three Arrows Capital adalah studi kasus klasik tentang bahaya penggunaan leverage yang tidak terkendali dan manajemen risiko yang sangat buruk di pasar aset volatil seperti kripto. Ada banyak pelajaran penting yang bisa diambil setiap pelaku pasar, dari investor individu hingga institusi besar, untuk menghindari jebakan yang sama.

Pertama dan terpenting, kasus 3AC menekankan bahaya leverage berlebihan. Leverage adalah pedang bermata dua; dapat memperbesar keuntungan tetapi juga memperbesar kerugian. Dalam pasar yang bergerak cepat dan tak terduga, leverage tinggi meningkatkan Risiko Investasi Crypto secara eksponensial. Investor harus memahami sepenuhnya bagaimana leverage bekerja, persyaratan margin, dan risiko likuidasi sebelum menggunakannya. Jika digunakan, sebaiknya dalam jumlah yang sangat konservatif.

Pentingnya diversifikasi investasi juga sangat terlihat dalam kasus 3AC. Konsentrasi taruhan besar pada aset tertentu (seperti GBTC dan Terra) membuat portofolio sangat rentan terhadap kegagalan satu atau dua aset. Diversifikasi, yaitu menyebar investasi di berbagai aset dan sektor yang berbeda, dapat membantu mengurangi dampak negatif jika salah satu investasi berkinerja buruk. Meskipun 3AC juga berinvestasi di banyak hal lain, taruhan terkonsentrasi pada posisi leverage yang besar lah yang menghancurkan mereka.

Kasus ini juga menyoroti perlunya memahami likuiditas aset yang dimiliki. Memiliki banyak aset yang sulit dijual saat dibutuhkan adalah masalah serius. Investor harus mempertimbangkan likuiditas portofolio mereka, terutama jika mereka memiliki kewajiban jangka pendek atau menggunakan leverage. Aset yang tidak likuid mungkin memiliki potensi keuntungan tinggi, tetapi mereka datang dengan risiko bahwa Anda tidak dapat keluar dari posisi dengan cepat saat kondisi memburuk.

Transparansi dan akuntabilitas dalam hedge fund dan platform peminjam juga menjadi isu sentral. Kurangnya visibilitas ke dalam portofolio dan strategi risiko 3AC membuat para kreditur tidak sepenuhnya menyadari skala eksposur mereka dan kerentanan 3AC. Bagi investor yang berinteraksi dengan platform atau institusi, memahami model bisnis mereka, tingkat leverage yang mereka gunakan, dan transparansi operasional mereka menjadi sangat penting.

Intinya, Studi Kasus Kejatuhan Crypto 3AC adalah pengingat keras bahwa bahkan pemain terbesar dengan akses ke informasi dan modal besar pun dapat hancur jika fundamental manajemen risiko diabaikan. Dalam pasar kripto yang masih relatif muda dan bergejolak, penerapan prinsip-prinsip Manajemen Risiko Crypto yang solid adalah hal yang krusial. Ini termasuk: hanya menginvestasikan dana yang mampu Anda hilangkan, memahami sepenuhnya aset yang Anda investasikan, menghindari penggunaan leverage yang berlebihan, mendiversifikasi portofolio, dan memahami risiko yang melekat pada setiap platform atau protokol yang Anda gunakan.

Pelajaran ini menggarisbawahi pentingnya edukasi finansial yang solid. Investor yang teredukasi cenderung membuat keputusan yang lebih rasional, menghindari jebakan FOMO (Fear Of Missing Out) dan spekulasi buta, serta lebih siap menghadapi volatilitas pasar dengan strategi Manajemen Risiko Crypto yang tepat. Mereka tahu bahwa pasar kripto menawarkan peluang, tetapi juga risiko signifikan yang memerlukan pemahaman mendalam dan pendekatan yang disiplin.

Kesimpulan: Kilas Balik Kebangkrutan 3AC

Kebangkrutan Three Arrows Capital adalah momen penting dalam sejarah pasar kripto, berfungsi sebagai studi kasus yang mengerikan tentang konsekuensi penggunaan leverage yang tidak terkendali dan manajemen risiko yang ceroboh. Dari pemain yang sangat berpengaruh dan dihormati, 3AC jatuh ke jurang kebangkrutan dalam hitungan minggu, terutama dipicu oleh taruhan berisiko tinggi yang diperbesar oleh leverage, kerugian masif dari keruntuhan ekosistem Terra (LUNA/UST), dan kesulitan likuidasi aset yang tidak likuid di tengah penurunan pasar yang lebih luas.

Dampak dari Crypto Hedge Fund Collapse ini melampaui 3AC itu sendiri. Kejatuhan mereka memicu efek domino atau Crypto Contagion, menyebabkan krisis likuiditas dan bahkan kebangkrutan pada beberapa perusahaan peminjam dan platform kripto terkemuka lainnya. Peristiwa ini secara signifikan berkontribusi pada penurunan pasar kripto di tahun 2022 dan menyoroti risiko interkonektivitas dalam ekosistem yang masih kurang teregulasi dan transparan di beberapa bagian.

Pelajaran terpenting dari kisah 3AC bagi setiap pelaku pasar kripto adalah krusialnya Manajemen Risiko Crypto. Tidak peduli seberapa besar keuntungan potensialnya, mengabaikan risiko, terutama penggunaan leverage yang berlebihan dan konsentrasi taruhan, dapat berujung pada kerugian katastrofal. Memahami Risiko Investasi Crypto, melakukan riset mendalam, mendiversifikasi portofolio, dan hanya berinvestasi dengan dana yang siap hilang adalah prinsip-prinsip dasar yang mutlak harus diikuti.

Pasar kripto akan terus berkembang dan menawarkan peluang, tetapi pelajaran dari kejatuhan 3AC harus menjadi pengingat permanen akan volatilitas dan risiko yang melekat. Membangun fondasi pengetahuan yang kuat tentang investasi aset digital, memahami mekanisme pasar, dan mempraktikkan manajemen risiko yang disiplin adalah satu-satunya cara untuk menavigasi pasar ini dengan lebih aman.

Ingin belajar lebih dalam tentang manajemen risiko, strategi investasi kripto yang lebih aman, dan membangun fondasi pengetahuan yang kuat agar tidak terjebak dalam situasi serupa seperti kasus 3AC? Jangan hanya berspekulasi buta, investasikan waktu Anda untuk belajar. Ikuti akun Instagram Akademi Crypto untuk mendapatkan tips, panduan, dan edukasi mendalam yang akan membantu Anda menjadi investor yang lebih cerdas dan terinformasi: https://www.instagram.com/akademicryptoplatform

A.F. AuliaA
DITULIS OLEH

A.F. Aulia

Blockchain believer | Crypto analyst | Sharing knowledge tentang dunia digital asset dan teknologi yang mengubah masa depan keuangan.

Tanggapan (0 )



















Promo Akademi Crypto

Jadi Investor Cerdas

Dapatkan analisis pasar kripto, panduan investasi, dan berita terbaru langsung ke email Anda. Berhenti berlangganan kapan saja.

👋 Ikuti kami di media sosial