Dalam lanskap keuangan terdesentralisasi (DeFi) yang terus berkembang, inovasi muncul dengan kecepatan luar biasa. Salah satu area yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah domain staking, terutama dengan transisi blockchain besar seperti Ethereum ke mekanisme Proof-of-Stake (PoS). Staking, pada dasarnya, adalah proses mengunci sejumlah aset kripto untuk mendukung operasi jaringan blockchain dan mendapatkan imbal hasil sebagai kompensasi. Ini adalah komponen penting dalam keamanan dan stabilitas banyak blockchain modern. Namun, metode staking tradisional memiliki kelemahan mendasar yang menjadi hambatan bagi banyak pengguna DeFi: aset yang di-stake menjadi 'terkunci' atau tidak likuid. Artinya, meskipun aset tersebut menghasilkan imbal hasil staking, pemiliknya tidak dapat menggunakan aset pokok tersebut untuk aktivitas lain di ekosistem DeFi, seperti memberikan pinjaman, menyediakan likuiditas, atau digunakan sebagai jaminan. Kendala likuiditas ini secara signifikan membatasi efisiensi modal dan potensi pengembalian bagi partisipan pasar. Di sinilah peran Liquid Staking Derivatives (LSDs) menjadi sangat krusial, menawarkan solusi inovatif untuk membuka likuiditas aset yang di-stake dan mengubah cara aset tersebut berinteraksi dalam ekosistem DeFi yang luas dan saling terhubung.
Artikel ini akan mengupas tuntas apa itu Liquid Staking Derivatives, bagaimana cara kerjanya, manfaat yang ditawarkan, hubungannya dengan konsep Liquid Restaking, serta risiko-risiko penting yang perlu Anda pahami.
Apa Itu Liquid Staking Derivatives (LSDs)?
Liquid Staking Derivatives, atau yang sering disingkat LSDs (atau terkadang LSTs - Liquid Staking Tokens), adalah token yang dapat diperdagangkan yang merepresentasikan aset kripto yang telah Anda stake di protokol Liquid Staking. Jadi, ketika Anda melakukan Liquid Staking atas aset Anda (misalnya, melakukan Ethereum Staking melalui platform Liquid Staking), Anda tidak hanya mengunci ETH Anda di dalam kontrak pintar, tetapi Anda juga menerima token lain sebagai gantinya. Token inilah yang disebut LSD, dan token ini secara proporsional mewakili klaim Anda atas ETH yang di-stake ditambah imbal hasil staking yang terus bertambah seiring waktu.
Konsep utama di balik Liquid Staking Derivatives adalah mengatasi masalah likuiditas yang melekat pada staking tradisional. Dengan staking tradisional, aset Anda benar-benar terkunci dan tidak dapat diakses atau digunakan sampai periode unstaking selesai. Ini bisa memakan waktu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu, tergantung pada protokol blockchain dan kondisi jaringan.
LSDs mengubah paradigma ini. Setelah Anda menerima token LSD sebagai tanda bukti kepemilikan atas aset yang di-stake, token ini sepenuhnya likuid. Anda dapat memperdagangkannya di bursa terdesentralisasi (DEX), mentransfernya ke dompet lain, menjualnya, atau yang paling penting, menggunakannya di berbagai protokol DeFi lainnya. Token LSD bergerak bebas di dalam ekosistem DeFi, seolah-olah itu adalah aset asli Anda yang tidak di-stake, meskipun aset dasarnya tetap terkunci dan menghasilkan imbal hasil staking.
Sebagai contoh paling populer, mari kita ambil stETH dari Lido. Ketika pengguna melakukan stake ETH melalui Lido, mereka menerima stETH dalam jumlah yang setara. ETH mereka di-stake ke dalam kontrak pintar Lido, yang kemudian mengelola node validator untuk mendapatkan imbal hasil staking. stETH yang diterima oleh pengguna adalah token ERC-20 di jaringan Ethereum yang dapat diperdagangkan di Uniswap, digunakan sebagai jaminan di Aave atau Compound, atau di-stake di protokol lain seperti Curve untuk mendapatkan imbal hasil tambahan. Nilai stETH seharusnya mendekati nilai ETH, meskipun ada potensi 'depeg' yang akan kita bahas nanti.
Contoh lain adalah rETH dari Rocket Pool. Rocket Pool adalah protokol Liquid Staking desentralisasi lainnya untuk Ethereum. Mekanisme rETH sedikit berbeda dari stETH. rETH adalah token yang nilainya bertambah seiring waktu relatif terhadap ETH. Ketika Anda men-stake ETH di Rocket Pool, Anda menerima rETH. Seiring dengan diperolehnya imbal hasil staking oleh validator Rocket Pool, nilai ETH per rETH meningkat. Jadi, jumlah rETH yang Anda pegang tetap sama, tetapi ketika Anda menukarkannya kembali dengan ETH, Anda akan mendapatkan lebih banyak ETH daripada yang Anda stake awalnya, mencerminkan imbal hasil yang didapat.
Perbedaan mekanisme ini (stETH sebagai token yang jumlahnya bertambah vs. rETH sebagai token yang nilainya bertambah) adalah detail implementasi, tetapi fungsi intinya sama: memberikan representasi likuid dari aset ETH yang sedang di-stake, memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi dalam Ethereum Staking tanpa mengorbankan likuiditas.
Cara Kerja Liquid Staking dan Contoh Protokol Populer
Proses Cara Staking ETH Liquid (atau aset lain yang mendukung Liquid Staking) umumnya melibatkan langkah-langkah berikut:
- Pengguna mengirimkan aset kripto mereka yang ingin di-stake (misalnya, ETH) ke kontrak pintar dari protokol Liquid Staking (seperti Lido Staking atau Rocket Pool).
- Protokol Liquid Staking kemudian mengumpulkan aset dari banyak pengguna. Karena menjadi validator di Ethereum membutuhkan minimal 32 ETH, protokol ini menggabungkan dana dari pengguna yang lebih kecil, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam staking tanpa harus memiliki 32 ETH penuh.
- Aset yang terkumpul kemudian digunakan oleh protokol untuk menjalankan node validator di jaringan blockchain PoS.
- Sebagai bukti bahwa pengguna telah men-stake aset mereka, protokol mengeluarkan token Liquid Staking Derivatives (LSD) kepada pengguna, dalam jumlah yang setara dengan aset yang mereka stake (misalnya, 1 ETH yang di-stake menghasilkan 1 stETH).
- Aset pokok (ETH) tetap terkunci dan menghasilkan imbal hasil staking. Imbal hasil ini diakumulasikan oleh protokol dan tercermin dalam nilai atau jumlah token LSD yang dipegang pengguna.
- Pengguna bebas untuk menggunakan token LSD yang mereka terima (stETH, rETH, dll.) di seluruh ekosistem DeFi, sementara aset dasar mereka terus menghasilkan imbal hasil staking di latar belakang.
- Ketika pengguna ingin mendapatkan kembali aset dasar mereka (ditambah imbal hasil yang didapat), mereka dapat menukarkan kembali token LSD mereka melalui protokol Liquid Staking. Proses ini mungkin memerlukan periode unstaking tergantung pada desain protokol dasar (seperti Ethereum).
Beberapa platform Liquid Staking paling populer saat ini meliputi:
- Lido Finance: Ini adalah protokol Liquid Staking terbesar berdasarkan Total Value Locked (TVL), terutama untuk Ethereum (stETH), tetapi juga mendukung jaringan lain seperti Solana, Polygon, Polkadot, dan Kusama. stETH adalah token LSD yang paling banyak digunakan di ekosistem DeFi Ethereum.
- Rocket Pool: Protokol Liquid Staking desentralisasi lainnya untuk Ethereum. Memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi dalam staking dengan jumlah ETH sekecil 0.01 ETH dengan mempertaruhkan token rETH, atau menjadi operator node validator dengan mempertaruhkan 8 atau 16 ETH dan menerima imbal hasil tambahan. rETH adalah token LSD dari Rocket Pool.
- Coinbase Wrapped Staked ETH (cbETH): LSD yang dikeluarkan oleh bursa sentralisasi Coinbase. Meskipun dikeluarkan oleh entitas sentral, cbETH dapat digunakan di protokol DeFi on-chain, mewakili ETH yang di-stake melalui layanan Coinbase.
- Frax Ether (frxETH & sfrxETH): Protokol Liquid Staking yang dikembangkan oleh Frax Finance. Menawarkan dua token: frxETH yang dipatok 1:1 dengan ETH dan dapat digunakan dalam likuiditas, serta sfrxETH yang merupakan versi berimbal hasil dari frxETH (dengan me-stake frxETH ke dalam vault).
Masing-masing protokol ini memiliki mekanisme kerja dan struktur biaya yang sedikit berbeda, namun tujuan utamanya sama: memberikan Liquid Staking token yang memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi dalam staking sambil mempertahankan kemampuan untuk menggunakan nilai aset mereka di tempat lain.
LSDs sebagai 'Uang Lego' (Komposabilitas) di Ekosistem DeFi
Di sinilah konsep 'uang lego' DeFi benar-benar bersinar, dan LSDs adalah salah satu blok lego yang paling kuat dan fleksibel. Komposabilitas dalam DeFi mengacu pada kemampuan berbagai protokol, token, dan aplikasi untuk saling berinteraksi dan dibangun di atas satu sama lain dengan cara yang modular. Bayangkan setiap protokol DeFi sebagai satu jenis blok lego, dan setiap token sebagai blok lego yang bisa dihubungkan. LSDs adalah jenis blok lego baru yang membawa nilai aset yang di-stake ke dalam permainan ini.
Sebelum ada LSDs, aset yang di-stake hanya bisa 'duduk manis' dan mendapatkan imbal hasil staking. Setelah ada LSDs, token representasi aset yang di-stake ini bisa dibawa ke protokol DeFi lain untuk berinteraksi, menghasilkan imbal hasil tambahan, atau mendapatkan fungsi baru. Inilah yang membuat LSDs menjadi 'uang lego' baru.
Bagaimana tepatnya LSDs digunakan di ekosistem DeFi?
- Sebagai Jaminan Pinjaman: Pengguna dapat menyetor token LSD mereka (misalnya, stETH) ke protokol pinjaman terdesentralisasi seperti Aave atau Compound sebagai jaminan untuk meminjam aset kripto lainnya (seperti stablecoin atau ETH). Ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan likuiditas tanpa harus menjual aset ETH mereka yang sedang di-stake.
- Menyediakan Likuiditas di DEX: Token LSD dapat dipasangkan dengan aset lain (misalnya, stETH/ETH atau rETH/ETH) dalam liquidity pool di bursa terdesentralisasi (DEX) seperti Uniswap atau Curve. Dengan menyediakan likuiditas, pengguna mendapatkan imbal hasil dari biaya perdagangan (trading fees) dan/atau token insentif dari protokol DEX. Ini adalah cara untuk mendapatkan imbal hasil tambahan di atas imbal hasil staking.
- Yield Farming dan Staking Bertingkat: Protokol DeFi lain mungkin menawarkan vault atau strategi farming yang menerima token LSD. Pengguna dapat menyetor token LSD mereka ke dalam protokol ini untuk mendapatkan imbal hasil tambahan, menciptakan strategi 'yield stacking' (menumpuk imbal hasil).
- Derivatif Lainnya: Token LSD juga dapat menjadi dasar untuk produk derivatif yang lebih kompleks dalam DeFi, memungkinkan strategi perdagangan dan hedging yang canggih.
Kemampuan untuk menggunakan aset yang diwakili oleh LSDs ini di berbagai aplikasi DeFi secara bersamaan adalah revolusi dalam efisiensi modal. Pengguna tidak lagi harus memilih antara mendapatkan imbal hasil staking
Ini tidak hanya menguntungkan pengguna individu, tetapi juga memperkuat seluruh ekosistem DeFi. Dengan menyediakan representasi likuid dari aset yang di-stake, LSDs meningkatkan total nilai aset yang tersedia untuk digunakan dalam berbagai aplikasi DeFi, mendorong pertumbuhan dan inovasi di seluruh ekosistem.
Manfaat Menggunakan Liquid Staking Derivatives
Manfaat utama menggunakan Liquid Staking Derivatives sangat jelas bagi pengguna DeFi dan staker:
- Mempertahankan Likuiditas: Ini adalah manfaat paling signifikan. Aset yang di-stake tidak lagi terkunci. Pengguna memiliki token LSD yang sepenuhnya likuid dan dapat digunakan kapan saja di ekosistem DeFi. Ini memberikan fleksibilitas yang jauh lebih besar daripada staking tradisional.
- Potensi Yield Ganda (Yield Stacking): Pengguna mendapatkan imbal hasil dari dua sumber: pertama, imbal hasil staking dari aset dasar yang di-stake, dan kedua, imbal hasil tambahan dari penggunaan token LSD di protokol DeFi lain (misalnya, biaya perdagangan dari penyediaan likuiditas, bunga pinjaman dari penyetoran jaminan, token insentif dari farming). Ini memungkinkan peningkatan pengembalian atas modal yang dimiliki.
- Aksesibilitas Lebih Mudah: Partisipasi dalam staking, terutama sebagai validator penuh, seringkali membutuhkan modal yang signifikan (misalnya, 32 ETH untuk Ethereum) dan keahlian teknis untuk mengoperasikan node validator. Protokol Liquid Staking memungkinkan siapa pun untuk berpartisipasi dalam staking dengan jumlah aset berapa pun, tanpa perlu mengelola infrastruktur teknis yang kompleks.
- Fleksibilitas dan Efisiensi Modal: Pengguna tidak terikat pada periode unstaking yang panjang seperti pada staking tradisional. Mereka dapat dengan mudah menjual atau menukar token LSD mereka di pasar sekunder jika mereka membutuhkan likuiditas cepat, meskipun mungkin dengan harga yang sedikit berbeda dari aset dasar. Ini meningkatkan efisiensi penggunaan modal.
- Diversifikasi Strategi: LSDs membuka pintu ke berbagai strategi investasi dan manajemen risiko dalam DeFi yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan dengan aset yang di-stake.
Dengan manfaat-manfaat ini, tidak mengherankan jika Liquid Staking Derivatives dengan cepat menjadi salah satu sektor terbesar dan paling penting dalam ekosistem DeFi, terutama setelah The Merge di Ethereum yang memungkinkan unstaking ETH yang di-stake.
Hubungan LSDs dengan Liquid Restaking Crypto
Liquid Staking Derivatives tidak hanya penting sebagai inovasi tersendiri, tetapi juga menjadi fondasi penting untuk narasi dan mekanisme baru yang sedang berkembang di DeFi, yaitu Liquid Restaking. Konsep Liquid Restaking, yang dipelopori oleh protokol seperti EigenLayer, bertujuan untuk memperluas konsep staking untuk mengamankan tidak hanya satu blockchain (seperti Ethereum), tetapi juga protokol terdesentralisasi lainnya di atasnya, yang disebut AVS (Actively Validated Services).
Dalam Liquid Restaking, pengguna yang sudah melakukan Liquid Staking dan memegang token LSD (seperti stETH, rETH, cbETH, dll.) dapat 'me-restake' token LSD mereka di protokol Restaking. Artinya, mereka mengunci kembali token LSD mereka di dalam kontrak pintar Restaking. Sebagai imbalannya, aset LSD mereka membantu mengamankan AVS, dan mereka berpotensi mendapatkan imbal hasil tambahan dari AVS tersebut, di atas imbal hasil staking asli dari aset dasar mereka (ETH) dan imbal hasil apa pun yang mereka dapatkan dari penggunaan LSD mereka di protokol DeFi sebelum di-restake.
Sama seperti Liquid Staking mengeluarkan token LSD sebagai representasi likuid dari aset yang di-stake, protokol Liquid Restaking mengeluarkan token Liquid Restaking (seringkali disingkat LTRs atau LRTs) sebagai representasi likuid dari token LSD (atau ETH asli) yang telah di-restake. Token LRT ini kemudian dapat digunakan lagi di ekosistem DeFi lainnya, menciptakan lapisan komposabilitas dan potensi yield stacking yang lebih dalam.
Hubungan antara Liquid Staking dan Liquid Restaking bersifat simbiosis. Liquid Staking menyediakan aset dasar yang likuid (LSDs) yang dapat digunakan sebagai input untuk Restaking. Restaking kemudian menciptakan lapisan keamanan dan imbal hasil tambahan, seringkali mengeluarkan token likuid (LRTs) yang dapat kembali digunakan di DeFi, berpotensi meningkatkan permintaan dan kegunaan token LSD asli.
Liquid Restaking Crypto adalah perkembangan logis berikutnya dari Liquid Staking, yang memanfaatkan fleksibilitas dan komposabilitas yang diperkenalkan oleh LSDs. Ini membuka kemungkinan untuk mendapatkan imbal hasil berlapis dan memperkuat keamanan ekosistem terdesentralisasi yang lebih luas di luar blockchain dasar.
Risiko dalam Menggunakan Liquid Staking
Meskipun Liquid Staking Derivatives menawarkan manfaat yang signifikan, penting untuk memahami Risiko Liquid Staking yang terkait. Seperti semua inovasi di DeFi, ada risiko yang perlu dikelola:
- Risiko Smart Contract: Protokol Liquid Staking itu sendiri (seperti Lido, Rocket Pool) beroperasi melalui smart contract. Jika ada bug atau kerentanan dalam smart contract ini, aset yang di-stake atau token LSD bisa berisiko. Demikian pula, jika token LSD digunakan di protokol DeFi lain (pinjaman, DEX, dll.), ada risiko smart contract tambahan dari protokol-protokol tersebut. Audit smart contract oleh pihak independen dan riwayat operasional protokol dapat menjadi indikator keamanan, tetapi tidak ada jaminan 100%.
- Risiko De-pegging: Nilai token LSD (seperti stETH) seharusnya tetap dipatok (pegged) dekat dengan nilai aset dasar yang diwakilinya (ETH). Namun, di bawah kondisi pasar tertentu, terutama selama volatilitas tinggi atau krisis likuiditas, token LSD dapat kehilangan patokannya (depeg) dan diperdagangkan dengan diskon signifikan terhadap aset dasar. Jika pengguna perlu menjual token LSD mereka saat depeg, mereka akan menerima kurang dari nilai aset dasar.
- Risiko Sentralisasi: Beberapa protokol Liquid Staking, terutama yang terbesar, memiliki pangsa pasar yang sangat besar. Jika satu protokol mendominasi staking untuk blockchain tertentu (misalnya, Lido untuk Ethereum), ini menimbulkan risiko sentralisasi. Konsentrasi validator atau kontrol atas sebagian besar aset yang di-stake di satu entitas atau sekelompok kecil entitas dapat menimbulkan risiko terhadap desentralisasi dan keamanan jaringan blockchain itu sendiri.
- Risiko Slashing: Jika validator yang dioperasikan oleh protokol Liquid Staking mengalami kesalahan (misalnya, offline atau menandatangani transaksi yang salah), mereka dapat 'di-slash' oleh jaringan blockchain, yang berarti sebagian dari aset yang di-stake (dan/atau imbal hasil yang didapat) akan dipotong sebagai penalti. Protokol Liquid Staking seringkali memiliki mekanisme untuk memitigasi risiko ini dan menyebarkan penalti di antara semua pemegang token LSD, tetapi risiko ini tetap ada dan dapat mengurangi imbal hasil yang didapat atau bahkan mengurangi jumlah aset dasar yang dapat ditarik kembali.
- Risiko Platform/Operator: Jika protokol Liquid Staking memiliki operator node validator tersentralisasi atau bergantung pada entitas tertentu untuk operasional, ini dapat menimbulkan risiko tambahan terkait keandalan dan kepercayaan.
Sangat penting bagi pengguna untuk melakukan riset mendalam (Do Your Own Research - DYOR) sebelum menggunakan protokol Liquid Staking atau menggunakan token LSD di protokol DeFi lainnya. Memahami mekanisme, risiko, dan reputasi protokol sangatlah penting.
Kesimpulan: Masa Depan LSDs dalam Lanskap DeFi
Liquid Staking Derivatives telah terbukti menjadi inovasi fundamental dalam ekosistem DeFi. Dengan secara efektif mengatasi masalah likuiditas yang melekat pada staking tradisional, LSDs telah membuka pintu bagi efisiensi modal yang belum pernah terjadi sebelumnya dan memungkinkan pengguna untuk mendapatkan imbal hasil dari aset yang di-stake sambil tetap berpartisipasi aktif dalam berbagai aktivitas DeFi. Peran LSDs sebagai 'uang lego' yang komposabel telah mengubah cara aset yang di-stake dapat digunakan, menciptakan peluang baru untuk yield stacking dan strategi keuangan yang lebih kompleks.
Tidak hanya sebagai solusi tersendiri, LSDs juga berperan sebagai fondasi untuk inovasi lanjutan seperti Liquid Restaking Crypto. Kemampuan untuk menggunakan token LSD dalam protokol Restaking menunjukkan betapa kuatnya konsep tokenisasi aset yang di-stake dan bagaimana hal itu dapat menciptakan lapisan imbal hasil dan keamanan baru dalam ekosistem terdesentralisasi yang lebih luas.
Meskipun ada Risiko Liquid Staking yang perlu diwaspadai, seperti risiko smart contract, de-pegging, dan sentralisasi, pertumbuhan pesat sektor Liquid Staking Derivatives dan munculnya Liquid Restaking mengindikasikan peran yang semakin penting bagi LSDs di masa depan DeFi. Seiring dengan semakin matangnya pasar dan protokol, kita dapat mengharapkan inovasi lebih lanjut seputar penggunaan dan integrasi token LSD. Bagi siapa pun yang terlibat dalam DeFi atau tertarik pada staking, memahami Liquid Staking Derivatives dan perannya adalah langkah penting untuk menavigasi lanskap keuangan digital yang dinamis ini.
Untuk terus mendapatkan insight terbaru tentang dunia crypto dan DeFi yang kompleks ini, termasuk perkembangan terbaru seputar Liquid Staking dan inovasi lainnya, Anda bisa mendapatkan edukasi mendalam dan terstruktur. Jika Anda tertarik untuk terus menggali lebih dalam topik-topik seperti ini, memahami mekanisme pasar, dan mempelajari strategi dalam dunia crypto, pastikan Anda tidak ketinggalan pembaruan.
Ikuti kami di Instagram @akademicryptoplatform untuk konten eksklusif, analisis, dan tips seputar investasi dan trading crypto yang bisa membantu Anda meningkatkan pemahaman dan keterampilan Anda di pasar yang dinamis ini.
Tanggapan (0 )