Siap menguasai investasi aset digital? Gabung dengan Akademi Crypto sekarang! Gabung Sekarang →

Akademi Crypto

Memahami Liquid Restaking Tokens (LRTs) di EigenLayer

Ekosistem Keuangan Terdesentralisasi (DeFi) terus berevolusi dengan kecepatan yang luar biasa. Dari mekanisme staking sederhana pada Ethereum Proof-of-Stake (PoS) hingga munculnya protokol restaking seperti EigenLayer, setiap iterasi memperkenalkan lapisan kompleksitas dan peluang baru. Bagi para penggiat DeFi yang canggih, mengikuti dan berpartisipasi dalam inovasi ini adalah kunci untuk tetap berada di garis depan. Namun, seiring […]

0
1
Memahami Liquid Restaking Tokens (LRTs) di EigenLayer

Ekosistem Keuangan Terdesentralisasi (DeFi) terus berevolusi dengan kecepatan yang luar biasa. Dari mekanisme staking sederhana pada Ethereum Proof-of-Stake (PoS) hingga munculnya protokol restaking seperti EigenLayer, setiap iterasi memperkenalkan lapisan kompleksitas dan peluang baru. Bagi para penggiat DeFi yang canggih, mengikuti dan berpartisipasi dalam inovasi ini adalah kunci untuk tetap berada di garis depan. Namun, seiring dengan potensi imbal hasil yang meningkat, kompleksitas manajemen juga turut bertambah. Di sinilah Liquid Restaking Tokens (LRTs) muncul, bertindak sebagai lapisan abstraksi berikutnya yang menyederhanakan interaksi dengan lanskap restaking yang berkembang.

Fondasi: Dari Ethereum Staking ke EigenLayer Restaking

Dengan transisi Ethereum ke Proof-of-Stake (PoS) melalui The Merge, fondasi jaringan berubah dari penambangan (mining) yang boros energi menjadi validasi (validating) yang bergantung pada aset. Dalam model PoS, pengguna yang memiliki ETH dapat berpartisipasi dalam mengamankan jaringan dengan menjadi validator. Proses ini disebut staking, di mana validator mengunci (stake) sejumlah ETH (minimal 32 ETH untuk menjalankan validator penuh) sebagai jaminan untuk memvalidasi transaksi dan mengusulkan blok baru.

Validator yang berhasil menjalankan tugasnya dengan baik akan diberi imbalan berupa ETH baru. Sebaliknya, validator yang berperilaku buruk (misalnya, offline atau mencoba melakukan double voting) dapat dikenakan penalti yang disebut slashing, di mana sebagian dari ETH yang mereka stake akan dipotong. Mekanisme ini memastikan integritas dan keamanan jaringan.

Meskipun staking menawarkan cara bagi pemegang ETH untuk berkontribusi pada keamanan jaringan dan mendapatkan imbalan, ada keterbatasan signifikan terkait likuiditas. ETH yang di-stake secara tradisional di protokol staking non-custodial atau solo staking pada validator node akan terkunci. Meskipun kini ada mekanisme withdrawal, aset tersebut tetap tidak dapat digunakan secara bebas dalam aplikasi DeFi lainnya selama periode staking. Keterbatasan likuiditas ini menjadi salah satu dorongan munculnya inovasi di ruang staking dan restaking.

Memahami EigenLayer dan Restaking

EigenLayer hadir sebagai protokol inovatif yang dibangun di atas lapisan konsensus Ethereum. Tujuan utamanya adalah memungkinkan ETH yang sudah di-stake (baik native ETH melalui validator konsensus atau Liquid Staking Tokens/LSTs seperti Lido's stETH atau Rocket Pool's rETH) untuk di-restake. Dengan kata lain, aset yang sudah memberikan keamanan untuk Ethereum kini dapat digunakan kembali untuk memberikan keamanan (dan mendapatkan imbalan tambahan) untuk layanan terdesentralisasi lainnya di luar Ethereum Virtual Machine (EVM), yang dikenal sebagai Actively Validated Services (AVS).

Mekanisme restaking di EigenLayer memiliki dua bentuk utama:

  • Native Restaking: Mengunci ETH di validator konsensus Ethereum dan mengaktifkan kredensial penarikan (withdrawal credentials) validator tersebut ke kontrak EigenLayer. Ini hanya berlaku untuk validator solo atau yang menggunakan layanan staking non-custodial yang mendukung fitur ini.
  • LST Restaking: Mendepositkan Liquid Staking Tokens (LSTs) yang populer (seperti stETH, rETH, cbETH, dll.) langsung ke kontrak EigenLayer. Ini adalah cara yang lebih mudah bagi sebagian besar pengguna DeFi karena tidak memerlukan menjalankan node validator atau memiliki 32 ETH.

AVS adalah protokol, middleware, atau layanan apa pun (seperti oracle terdesentralisasi, jembatan cross-chain, data availability layers, shared sequencers, dll.) yang membutuhkan layer kepercayaan terdesentralisasi. Daripada membangun dan memelihara set validator mereka sendiri (yang mahal dan sulit untuk bootstrap keamanan), AVS dapat "menyewa" keamanan dari pool restaker EigenLayer. Restaker (melalui Operator) akan melakukan tugas validasi atau layanan untuk AVS sebagai imbalannya.

Konsep Delegated Restaking muncul karena sebagian besar restaker individu mungkin tidak memiliki keahlian teknis atau infrastruktur untuk menjalankan AVS validation tasks sendiri. Restaker dapat mendelegasikan hak suara (delegating weight) mereka kepada Operator EigenLayer yang profesional. Operator inilah yang menjalankan software AVS, melakukan tugas-tugas validasi, dan mendapatkan imbalan (atau terkena slashing) dari AVS. Panduan EigenLayer Restaking sering kali menyoroti pentingnya memilih Operator yang kredibel dan handal untuk meminimalkan risiko operasional dan slashing.

Potensi Baru yang Dibuka oleh Restaking

Restaking melalui EigenLayer membuka potensi baru yang signifikan dalam ekosistem kripto:

  • Peningkatan Keamanan Agregat: Memungkinkan layanan desentralisasi baru memanfaatkan kumpulan modal dan kepercayaan ETH yang sudah ada, menciptakan "lapisan kepercayaan teragregasi" yang jauh lebih kuat dan ekonomis daripada membangun dari nol.
  • Potensi Yield Tambahan: Selain imbalan staking dari ETH itu sendiri, restaker memiliki potensi untuk mendapatkan imbalan tambahan (dalam bentuk ETH, token AVS, atau poin/insentif lainnya) dari berbagai AVS yang mereka dukung melalui Operator. Ini menciptakan strategi Yield Optimization Restaking yang lebih kompleks.

Namun, berpartisipasi langsung dalam restaking, terutama delegated restaking, masih memiliki kerumitan. Pengguna perlu memilih LST mana yang akan di-restake, Operator mana yang akan didelegasikan, AVS mana yang didukung Operator tersebut, melacak berbagai jenis imbalan (dari ETH staking, EigenLayer, AVS), dan mengelola risiko terkait Operator dan AVS yang dipilih. Proses manual ini bisa memakan waktu dan membutuhkan pemahaman teknis yang mendalam.

Memahami Liquid Restaking: Lapisan Abstraksi Berikutnya

Untuk mengatasi kerumitan manajemen restaking langsung, konsep Liquid Restaking dan Liquid Restaking Tokens (LRTs) muncul. Liquid Restaking merujuk pada proses di mana pengguna mendepositkan aset mereka (baik ETH asli atau LSTs) ke dalam protokol khusus, dan protokol tersebut yang akan mengelola proses restaking di EigenLayer (memilih LST, memilih Operator, berpartisipasi dalam AVS). Sebagai gantinya, pengguna menerima token representasi dari posisi restaking mereka yang disebut Liquid Restaking Token (LRT).

Liquid Restaking Token (LRT) adalah token ERC-20 yang dikeluarkan oleh protokol Liquid Restaking. Token ini berfungsi sebagai 'receipt token' atau bukti kepemilikan atas aset underlying yang telah di-restake oleh protokol atas nama pengguna. Nilai LRT mencerminkan nilai aset underlying ditambah dengan semua imbalan yang terakumulasi dari staking ETH, EigenLayer, dan berbagai AVS, dikurangi biaya operasional protokol.

Singkatnya, Liquid Restaking Explained adalah proses mengabstraksi kerumitan restaking EigenLayer, dan LRT adalah aset likuid yang merepresentasikan posisi yang di-restake tersebut, memecahkan masalah likuiditas yang melekat pada restaking tradisional.

Cara Kerja Liquid Restaking: Mekanisme LRTs

Mekanisme inti dari Liquid Restaking melibatkan beberapa langkah:

  1. Deposit Aset: Pengguna mendepositkan aset mereka (ETH atau LSTs yang didukung) ke dalam smart contract protokol LRT.
  2. Proses Restaking Internal Protokol: Protokol LRT mengambil aset yang terkumpul dari para depositor. Di belakang layar, protokol ini akan menjalankan strategi restakingnya. Ini mungkin melibatkan konversi ETH asli menjadi LSTs tertentu (jika protokol fokus pada LST restaking) atau menggunakan ETH untuk native restaking (jika protokol mendukungnya). Protokol kemudian akan mendelegasikan aset yang di-restake ini kepada Operator EigenLayer yang telah mereka pilih atau kelola sendiri (jika mereka juga berperan sebagai Operator). Protokol LRT inilah yang bertanggung jawab untuk memilih Operator dan AVS mana yang akan didukung, mendistribusikan aset ke berbagai Operator untuk mendiversifikasi risiko, dan mengoptimalkan strategi untuk memaksimalkan imbal hasil.
  3. Minting LRT: Setelah aset berhasil di-restake oleh protokol, protokol akan mencetak (mint) LRT baru dan mengirimkannya ke alamat pengguna dalam jumlah yang proporsional dengan nilai aset yang didepositkan pada saat minting. Nilai tukar antara aset yang didepositkan dan LRT mungkin tetap (exchange rate model) atau terus meningkat seiring waktu (rebase model, mirip stETH).
  4. Accrual Reward: Seiring waktu, aset underlying yang di-restake oleh protokol LRT akan mendapatkan imbalan dari staking ETH, EigenLayer, dan berbagai AVS. Protokol LRT akan mengumpulkan imbalan ini. Dalam model exchange rate, nilai LRT terhadap aset underlying akan terus meningkat (misalnya, 1 ETH deposit awalnya memberi 1 LRT, tetapi setelah beberapa waktu, 1 LRT dapat ditukar kembali dengan 1.05 ETH karena imbalan telah terakumulasi). Dalam model rebase, jumlah LRT yang dimiliki pengguna bisa bertambah secara otomatis di wallet mereka.
  5. Redemption LRT: Pengguna dapat menukarkan (redeem) LRT mereka kembali ke aset underlying yang di-restake (ditambah imbalan yang telah terakumulasi) melalui protokol LRT. Proses redemption mungkin memerlukan periode tunggu (unbonding period) tergantung pada protokol LRT dan AVS yang di-restake, mirip dengan unbonding period pada staking atau restaking tradisional.

Dalam ekosistem Liquid Restaking, ada interaksi penting antara depositor (pengguna), protokol LRT, EigenLayer, dan Operator EigenLayer:

  • Depositor: Pengguna yang ingin mendapatkan imbalan dari restaking tanpa mengelola kerumitan teknis. Mereka mendepositkan aset mereka ke protokol LRT.
  • Protokol LRT: Entitas utama yang mengabstraksi proses. Protokol ini bertindak sebagai manajer dana restaking kolektif. Tugasnya meliputi:
    • Menerima deposit aset.
    • Mengimplementasikan strategi restaking (misalnya, memilih kombinasi LSTs dan Operator EigenLayer, mendiversifikasi alokasi aset).
    • Berinteraksi dengan smart contract EigenLayer.
    • Memantau kinerja Operator dan AVS.
    • Mengumpulkan dan mengakumulasikan imbalan.
    • Mencetak dan mengelola LRT.
    • Menyediakan mekanisme redemption.
    Protokol LRT secara efektif mengambil alih tugas-tugas manajemen restaking yang kompleks dari pengguna individu.
  • EigenLayer: Protokol dasar yang memungkinkan restaking. Protokol LRT berinteraksi dengan EigenLayer untuk mendaftarkan aset yang di-restake dan mendelegasikan kepada Operator.
  • Operator EigenLayer: Entitas (individu, tim, atau perusahaan) yang menjalankan software AVS dan melakukan tugas validasi atau layanan untuk AVS, menggunakan delegated stake dari restaker (termasuk dari protokol LRT). Operator mendapatkan imbalan dari AVS tetapi juga berisiko terkena slashing jika gagal menjalankan tugasnya. Protokol LRT harus memilih Operator yang handal untuk meminimalkan risiko ini.

Manfaat dan Kasus Penggunaan LRTs

Manfaat paling signifikan dari LRTs adalah kemampuan untuk menyediakan likuiditas atas aset yang di-restake. Dalam restaking tradisional melalui EigenLayer, aset yang didepositkan (ETH/LSTs) terkunci dan tidak dapat digunakan di tempat lain. LRT, sebagai token representasi yang likuid, memungkinkan pengguna mengakses nilai dari aset yang di-restake tersebut. Pengguna dapat menyimpan LRT mereka di wallet, mentransfernya, atau menggunakannya dalam berbagai aplikasi DeFi lainnya.

Kemampuan ini secara efektif mengatasi keterbatasan likuiditas restaking tradisional dan membuka peluang baru untuk komposisi strategi DeFi.

Potensi Komposisi Yield

LRTs menawarkan potensi untuk mendapatkan berbagai lapisan yield secara simultan:

  • Yield dari Staking ETH (jika restaking LST): Jika protokol LRT merestake LSTs, LRTs akan mengakumulasi imbalan staking dasar yang dihasilkan oleh LST tersebut.
  • Yield dari EigenLayer: Protokol EigenLayer sendiri mungkin mendistribusikan imbalan (dalam bentuk ETH atau token lainnya) kepada restaker dan operator.
  • Yield dari AVS: AVS yang didukung oleh protokol LRT akan memberikan imbalan kepada Operator yang memvalidasi mereka. Imbalan ini akan diteruskan (setelah dikurangi biaya protokol dan operator) kepada pemegang LRT.
  • Yield dari Penggunaan LRT di Ekosistem DeFi: Karena LRT bersifat likuid, pengguna dapat menggunakan LRT mereka di protokol DeFi lainnya, seperti:
    • Menyediakan likuiditas di Automated Market Makers (AMM) atau Decentralized Exchanges (DEX) untuk mendapatkan trading fees dan farming rewards.
    • Menggunakan LRT sebagai jaminan (collateral) di protokol lending/borrowing untuk meminjam aset lain.
    • Berpartisipasi dalam yield farming atau strategi investasi lainnya yang menerima LRT.
    Kemampuan untuk "menyusun" (compose) yield dari restaking dengan yield dari aktivitas DeFi lainnya adalah aspek kunci dari Yield Optimization Restaking yang dimungkinkan oleh LRTs.

Integrasi dalam Ekosistem DeFi yang Lebih Luas

Sebagai token ERC-20 yang likuid, LRTs dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam berbagai komponen ekosistem DeFi. Ini mencakup:

  • Pasar pinjam meminjam: LRTs dapat digunakan sebagai collateral.
  • DEX dan AMM: Pasangan trading LRT/ETH atau LRT/stablecoin memungkinkan perdagangan dan penyediaan likuiditas.
  • Protokol yield farming dan agregator: LRTs dapat dimasukkan dalam strategi yield farming.

Integrasi ini tidak hanya meningkatkan utilitas LRT tetapi juga memperdalam likuiditas dan interkoneksi dalam ruang DeFi.

Potensi Partisipasi dalam Program Insentif

Banyak protokol LRT, terutama di fase awal, menjalankan program insentif untuk menarik pengguna. Ini sering kali melibatkan distribusi 'poin' (seperti EigenLayer points dan protokol LRT points) berdasarkan jumlah dan durasi aset yang di-restake. Poin-poin ini sering kali dianggap sebagai indikator potensi partisipasi dalam distribusi token di masa depan (sering dikaitkan dengan narasi EigenLayer Airdrop Guide dan airdrop protokol LRT itu sendiri). Selain itu, pemegang LRT juga berpotensi mendapatkan distribusi reward langsung dari EigenLayer dan AVS di masa depan, semakin menambah lapisan potensi imbal hasil.

Landscape Protokol Liquid Restaking

Ruang Liquid Restaking telah tumbuh pesat dengan munculnya beberapa protokol yang menawarkan solusi LRT. Protokol-protokol ini memiliki pendekatan yang sedikit berbeda, baik dalam model operasional maupun fitur yang ditawarkan.

Gambaran Umum Beberapa Protokol LRT Terkemuka

  • Ether.fi (eETH): Salah satu protokol Liquid Restaking terkemuka. Ether.fi fokus pada native restaking, yang berarti mereka menjalankan validator node Ethereum sendiri dan mendaftarkannya ke EigenLayer, lalu mendelegasikan ke Operator EigenLayer. Pengguna menyetor ETH asli dan menerima eETH, Liquid Restaking Token mereka. eETH adalah token yang menghasilkan imbalan (yield-bearing token) di mana nilai eETH relatif terhadap ETH meningkat seiring waktu. Ether.fi Restaking menekankan fitur 'kontrak tanpa kustodian' (non-custodial) di mana kunci validator disimpan oleh depositor, meskipun delegasi ke Operator tetap dikelola oleh protokol.
  • Renzo Protocol (ezETH): Protokol LRT terkemuka lainnya yang mendukung deposit ETH dan LSTs. Pengguna mendepositkan ETH atau LST yang didukung (seperti stETH) ke Renzo, dan menerima ezETH sebagai imbalannya. Renzo mengelola strategi restaking di berbagai Operator EigenLayer dan AVS. Mirip dengan eETH, ezETH adalah token berharga yang mengakumulasi nilai imbalan dari berbagai sumber. Renzo Protocol Restaking menawarkan fleksibilitas lebih dalam hal aset yang dapat didepositkan.
  • Puffer Finance: Protokol LRT yang juga berfokus pada native restaking dengan penekanan pada desentralisasi Operator. Puffer memungkinkan individu dan kelompok kecil untuk menjalankan Operator EigenLayer dengan modal ETH yang lebih sedikit (misalnya, 2 ETH vs 32 ETH) berkat teknologi Secure-Signer mereka. Ini bertujuan untuk menurunkan hambatan masuk menjadi Operator dan meningkatkan desentralisasi di lapisan operator EigenLayer.
  • Lido (wstETH): Meskipun utamanya adalah protokol liquid staking, Lido juga telah mengintegrasikan restaking. Pengguna Lido yang memegang stETH atau wstETH (wrapped stETH) dapat merestake LSTs mereka melalui EigenLayer, seringkali melalui Operator yang terkait dengan Lido atau memilih Operator lain. Ini bukan protokol LRT yang menerbitkan token restaking baru di atas stETH, melainkan memungkinkan LST yang ada untuk digunakan dalam restaking.

Dan masih banyak protokol lain yang terus bermunculan menawarkan berbagai model dan strategi dalam Restaking Protocols Comparison.

Faktor Pembeda Antar Protokol

Saat memilih protokol Liquid Restaking, pengguna DeFi canggih perlu mempertimbangkan faktor-faktor pembeda berikut:

  • Model Token: Apakah LRT menggunakan model rebase (jumlah token bertambah di wallet) atau exchange rate (nilai token per unit bertambah)? Ini memengaruhi cara imbalan direpresentasikan dan bagaimana token berinteraksi dengan protokol DeFi lainnya.
  • Strategi Restaking dan Pemilihan Operator/AVS: Protokol LRT memiliki strategi yang berbeda dalam memilih LST mana yang akan di-restake, Operator mana yang akan didelegasikan, dan AVS mana yang akan didukung. Diversifikasi alokasi aset di berbagai Operator dan AVS adalah kunci untuk mendiversifikasi risiko slashing dan mengoptimalkan imbal hasil gabungan. Transparansi strategi ini penting.
  • Struktur Biaya: Protokol LRT akan membebankan biaya untuk layanan manajemen mereka. Biaya ini dapat berupa persentase dari imbalan yang dihasilkan. Memahami struktur biaya adalah penting untuk menghitung yield bersih.
  • Keamanan dan Audit: Keamanan smart contract protokol LRT sangat penting, karena mereka mengelola kumpulan aset pengguna yang besar. Audit pihak ketiga yang kredibel dan rekam jejak keamanan harus menjadi pertimbangan utama.
  • Tata Kelola: Siapa yang mengendalikan protokol LRT? Apakah ada desentralisasi dalam pengambilan keputusan mengenai strategi restaking, pemilihan operator, atau bahkan dana perbendaharaan? Model tata kelola yang kuat dapat mengurangi risiko sentralisasi.
  • Aset yang Didukung: Beberapa protokol hanya menerima ETH, sementara yang lain menerima berbagai LST.

Risiko yang Melekat pada Liquid Restaking Tokens (LRTs)

Meskipun LRTs menawarkan banyak manfaat, penting bagi pengguna untuk memahami risiko yang melekat. Liquid Restaking pada dasarnya menumpuk risiko dari beberapa lapisan:

Risiko Smart Contract dan Operasional Protokol LRT

  • Bug Smart Contract: Protokol LRT dijalankan oleh smart contract. Jika ada bug atau kerentanan dalam kode smart contract ini, seluruh aset yang terkunci dalam protokol dapat berisiko dicuri atau hilang. Ini adalah risiko dasar dalam berinteraksi dengan protokol DeFi baru.
  • Kegagalan Operasional Protokol: Meskipun smart contract aman, mungkin ada risiko terkait operasional off-chain protokol LRT (jika ada komponen off-chain yang terlibat dalam manajemen strategi, pengambilan imbalan, dll.) atau kegagalan mekanisme minting/redemption.

Risiko Slashing di Tingkat EigenLayer dan AVS

  • Slashing Operator: LRTs merepresentasikan aset yang di-restake dan didelegasikan kepada Operator EigenLayer untuk memvalidasi AVS. Jika Operator yang didelegasikan oleh protokol LRT berperilaku buruk atau mengalami kegagalan yang memicu slashing di tingkat EigenLayer atau AVS, sebagian dari aset underlying dapat dipotong (slashed).
  • Dampak Slashing pada LRT: Slashing pada aset underlying akan secara langsung mengurangi nilai backing dari LRT yang diterbitkan oleh protokol, yang dapat menyebabkan penurunan nilai LRT yang dimiliki pengguna.

Risiko Harga LRT (De-peg)

  • De-peg dari Nilai Underlying: Meskipun LRTs dirancang untuk merepresentasikan nilai aset underlying yang di-restake ditambah imbalan, harga pasar LRT di bursa sekunder (DEX) dapat menyimpang (de-peg) dari nilai intristiknya. Ini bisa disebabkan oleh dinamika pasar, sentimen, likuiditas rendah, atau kekhawatiran tentang risiko yang mendasari.
  • Likuiditas Pasar: Jika likuiditas pasar untuk LRT tertentu rendah, pengguna mungkin kesulitan untuk menjual LRT mereka pada harga yang diinginkan, terutama saat terjadi gejolak pasar.

Risiko Sentralisasi dan Tata Kelola

  • Sentralisasi Operator EigenLayer: Meskipun EigenLayer bertujuan untuk desentralisasi dalam jangka panjang, pada tahap awal mungkin ada konsentrasi stake pada sejumlah kecil Operator besar. Jika protokol LRT sangat bergantung pada Operator yang tersentralisasi, ini dapat memperkenalkan risiko sentralisasi.
  • Sentralisasi Protokol LRT: Jika pengambilan keputusan dalam protokol LRT sangat tersentralisasi (misalnya, tim inti memiliki kontrol penuh atas strategi restaking, pemilihan Operator, atau bahkan dana perbendaharaan), ini dapat menjadi titik kegagalan atau risiko sensor. Model tata kelola yang kuat dan terdesentralisasi penting untuk mitigasi risiko ini.

Memahami dan menilai risiko ini adalah bagian krusial dari berpartisipasi dalam Liquid Restaking. LRT Risks harus dievaluasi dengan cermat sebelum melakukan deposit.

LRTs vs Staking ETH Tradisional

Dibandingkan dengan staking ETH tradisional atau bahkan restaking LSTs secara langsung di EigenLayer, LRTs menawarkan potensi reward yang lebih tinggi melalui komposisi yield dari berbagai sumber (staking + EigenLayer + AVS + DeFi utilization). Namun, potensi reward yang lebih tinggi ini datang dengan risiko yang juga lebih kompleks dan berlapis. Pengguna LRT mengambil risiko smart contract dari protokol LRT, risiko operasional protokol, risiko slashing Operator/AVS yang dipilih oleh protokol, dan risiko de-peg LRT, selain risiko dasar staking ETH.

Dalam perbandingan LRT vs ETH Staking, staking ETH tradisional atau LST restaking langsung mungkin menawarkan profil risiko yang lebih sederhana, meskipun dengan potensi imbalan yang biasanya lebih rendah (kecuali jika pengguna aktif mengelola delegasi dan partisipasi AVS mereka sendiri).

Perbandingan Likuiditas dan Fleksibilitas

Ini adalah area di mana LRTs memiliki keunggulan signifikan. Staking ETH tradisional atau restaking langsung mengunci aset selama periode tertentu. LRTs, sebagai token likuid, memberikan fleksibilitas luar biasa. Pengguna dapat langsung mentransfer, memperdagangkan, atau menggunakan LRT mereka di aplikasi DeFi lainnya tanpa menunggu unbonding period dari restaking underlying. Keunggulan likuiditas ini adalah pendorong utama di balik adopsi Liquid Restaking.

Masa Depan Liquid Restaking dalam Ekosistem EigenLayer

Pengembangan dan Adopsi LRTs

Ekosistem Liquid Restaking masih dalam tahap awal, tetapi menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Lebih banyak protokol LRT terus diluncurkan, menawarkan strategi dan fitur yang berbeda. Seiring dengan matangnya EigenLayer dan semakin banyaknya AVS yang diluncurkan dan membutuhkan keamanan, permintaan untuk restaking (dan karenanya, untuk LRTs) kemungkinan akan meningkat.

Inovasi dalam desain protokol LRT juga terus berlanjut, mencakup mekanisme yang lebih efisien untuk mengumpulkan imbalan, strategi diversifikasi risiko yang lebih canggih, dan integrasi yang lebih dalam dengan berbagai aplikasi DeFi.

Interaksi dengan AVS (Actively Validated Services)

Hubungan antara LRTs dan AVSs akan menjadi semakin penting. AVSs membutuhkan delegasi stake dari restaker (termasuk protokol LRT) untuk mendapatkan keamanan. Sebagai imbalannya, AVSs akan memberikan reward kepada Operator (dan melalui mereka, ke protokol LRT dan pemegang LRT). Beberapa AVS bahkan mungkin secara khusus berinteraksi dengan LRTs itu sendiri, mungkin menerimanya sebagai bentuk jaminan atau mengintegrasikannya ke dalam mekanisme insentif mereka.

Masa depan mungkin melihat protokol LRT secara dinamis menyesuaikan alokasi stake mereka di antara berbagai AVS berdasarkan potensi imbalan dan profil risiko, lebih lanjut mengoptimalkan Yield Optimization Restaking untuk pemegang LRT.

Implikasi Jangka Panjang bagi Keamanan dan Inovasi DeFi

LRTs memainkan peran penting dalam mengalirkan keamanan kriptoekonomi yang disediakan oleh EigenLayer ke berbagai layanan desentralisasi. Dengan menyederhanakan partisipasi restaking, LRTs menurunkan hambatan masuk bagi pemegang ETH/LSTs untuk berkontribusi pada keamanan AVS. Ini membantu menciptakan lapisan kepercayaan teragregasi yang lebih luas dan dalam, memungkinkan AVSs untuk bootstrap keamanan dengan lebih mudah dan biaya yang lebih rendah.

Di sisi lain, ketersediaan LRTs yang likuid membuka pintu bagi inovasi baru di lapisan aplikasi DeFi. Strategi yield farming yang lebih kompleks, pasar pinjam meminjam yang lebih efisien dengan jaminan berbasis restaking, dan produk derivatif baru di atas LRTs adalah beberapa kemungkinan yang dapat terwujud. Dengan memungkinkan modal yang di-restake tetap produktif di berbagai tempat, LRTs meningkatkan efisiensi modal dalam ekosistem DeFi secara keseluruhan. EigenLayer dan LRTs secara kolektif mendorong batas-batas apa yang mungkin dilakukan dengan Ethereum security.

Kesimpulan: LRTs sebagai Evolusi DeFi Berikutnya

Liquid Restaking Tokens (LRTs) mewakili evolusi yang logis dan penting dalam ruang DeFi, khususnya di sekitar narasi restaking yang dipelopari oleh EigenLayer. Dengan mengabstraksi kerumitan manajemen restaking manual, LRTs memungkinkan pengguna untuk mendapatkan imbalan dari berbagai sumber (staking, EigenLayer, AVS) sambil tetap mempertahankan likuiditas aset mereka melalui token representasi. Platform seperti Ether.fi dan Renzo Protocol adalah contoh awal dari protokol yang membawa konsep ini menjadi kenyataan, menawarkan solusi yang mengelola strategi restaking secara otomatis untuk pengguna.

Meskipun menawarkan potensi imbal hasil yang menarik dan fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan metode staking atau restaking tradisional, penting bagi pengguna untuk melakukan riset mendalam dan memahami risiko berlapis yang terkait dengan LRTs, termasuk risiko smart contract, slashing, de-peg, dan sentralisasi. Bagi pengguna DeFi canggih yang siap menjelajahi batas-batas inovasi dan memahami nuansa teknisnya, LRTs menawarkan jalur menarik untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan ekosistem EigenLayer dan AVSs, serta membuka strategi komposisi yield baru di seluruh lanskap DeFi.

Ingin belajar lebih banyak tentang inovasi terbaru di dunia crypto seperti LRTs dan bagaimana menguasai strategi investasi dan trading? Kunjungi Instagram kami di @akademicryptoplatform untuk insight dan edukasi harian!

A.F. AuliaA
DITULIS OLEH

A.F. Aulia

Blockchain believer | Crypto analyst | Sharing knowledge tentang dunia digital asset dan teknologi yang mengubah masa depan keuangan.

Tanggapan (0 )



















Promo Akademi Crypto

Jadi Investor Cerdas

Dapatkan analisis pasar kripto, panduan investasi, dan berita terbaru langsung ke email Anda. Berhenti berlangganan kapan saja.

👋 Ikuti kami di media sosial