Siap menguasai investasi aset digital? Gabung dengan Akademi Crypto sekarang! Gabung Sekarang →

Akademi Crypto

Staking vs Yield Farming Pilih Mana Untuk Passive Income Crypto

Dalam dunia crypto, Staking dan Yield Farming adalah dua metode populer untuk passive income. Tapi mana yang lebih cocok, terutama bagi pemula? Artikel ini akan menjelaskan perbedaan fundamental, potensi keuntungan, serta risiko utama seperti Impermanent Loss, agar Anda bisa memilih investasi crypto yang paling aman dan sesuai tujuan Anda.

0
1
Staking vs Yield Farming Pilih Mana Untuk Passive Income Crypto

Dalam dunia cryptocurrency, peluang untuk menghasilkan pendapatan pasif telah menarik perhatian banyak orang. Berbeda dengan hanya membeli dan menyimpan aset kripto sambil menunggu harganya naik (strategi hold), pendapatan pasif memungkinkan Anda menghasilkan cuan tambahan dari aset yang Anda miliki tanpa perlu secara aktif melakukan trading setiap saat. Konsep ini sangat menarik, terutama bagi mereka yang ingin memaksimalkan potensi aset digital mereka atau mencari cara investasi kripto yang tetap bisa memberikan imbal hasil. Munculnya teknologi blockchain dan keuangan terdesentralisasi (DeFi) telah membuka berbagai pintu baru untuk mencapai tujuan ini.

Dua metode yang paling populer dan banyak dibicarakan adalah Staking dan Yield Farming. Keduanya menawarkan cara untuk mendapatkan passive income crypto, namun dengan mekanisme, potensi keuntungan, dan, yang paling penting, tingkat risiko yang sangat berbeda. Bagi Anda yang ingin mendalami dunia investasi kripto atau sekadar mencari cara untuk membuat aset digital Anda bekerja, memahami perbedaan staking dan yield farming adalah langkah fundamental yang tidak boleh dilewatkan. Artikel ini akan mengupas tuntas Staking vs Yield Farming, membandingkan kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta membantu Anda menentukan mana yang mungkin lebih sesuai dengan profil risiko dan tujuan finansial Anda.

Mengapa Passive Income Crypto Menjadi Pilihan Menarik?

Mengapa passive income crypto begitu diminati? Alasan utamanya adalah potensi untuk menghasilkan pendapatan tambahan di luar kenaikan harga aset itu sendiri. Pasar kripto dikenal karena volatilitasnya yang tinggi, dan hanya bergantung pada kenaikan harga bisa sangat tidak pasti. Dengan pendapatan pasif, Anda bisa mendapatkan imbal hasil secara berkala, entah itu harian, mingguan, atau bulanan, yang dapat membantu menumbuhkan portofolio Anda bahkan saat harga pasar stagnan atau sedikit menurun.

Bagi banyak orang, ini adalah cara untuk meningkatkan efisiensi modal dan membuka aliran pendapatan baru di era digital. Mencari investasi kripto yang cocok seringkali bermuara pada metode yang menawarkan pendapatan dengan risiko yang terukur. Staking dan Yield Farming, meskipun dengan tingkat risiko yang berbeda, keduanya masuk dalam kategori metode passive income ini. Namun, seperti halnya investasi lainnya, penting untuk memahami mekanisme di balik setiap metode, potensi keuntungan, dan risiko yang melekat sebelum memutuskan untuk berpartisipasi.

Memahami Staking Crypto

Mari kita mulai dengan memahami apa itu staking crypto, metode yang sering disebut-sebut sebagai cara investasi kripto yang lebih sederhana dibandingkan opsi lainnya.

Apa Itu Staking Crypto?

Staking crypto adalah proses mengunci (mendepositkan) aset kripto Anda di dompet atau platform tertentu untuk mendukung operasi jaringan blockchain. Ini adalah mekanisme inti dari blockchain yang menggunakan konsensus Proof-of-Stake (PoS). Berbeda dengan Proof-of-Work (PoW) yang membutuhkan daya komputasi besar (seperti pada Bitcoin), PoS memilih validator untuk membuat blok baru berdasarkan jumlah koin yang mereka "stake" atau kunci. Dengan melakukan staking, Anda turut berkontribusi dalam memvalidasi transaksi dan menjaga keamanan serta efisiensi jaringan tersebut. Sebagai imbalannya, Anda akan mendapatkan hadiah, biasanya dalam bentuk aset kripto yang sama dengan yang Anda stake.

Cara Kerja Staking Crypto

Bagaimana cara kerja staking crypto? Ketika Anda melakukan stake koin PoS, aset Anda akan digunakan oleh validator (atau Anda menjadi validator itu sendiri jika memiliki jumlah koin yang sangat besar) untuk berpartisipasi dalam mekanisme konsensus jaringan. Validator bertanggung jawab untuk memverifikasi transaksi baru dan menambahkannya ke dalam blok baru pada blockchain. Semakin banyak koin yang di-stake oleh seorang validator, semakin besar kemungkinan mereka dipilih untuk memvalidasi blok dan mendapatkan hadiah.

Bagi pengguna individual yang tidak memiliki koin dalam jumlah besar untuk menjadi validator sendiri, cara staking crypto yang paling umum adalah mendelegasikan (delegate) koin mereka kepada validator yang sudah ada melalui platform exchange terpusat (CEX), dompet kripto, atau platform staking independen. Validator akan menggabungkan stake dari banyak pengguna, memvalidasi transaksi, menerima hadiah, dan kemudian mendistribusikan sebagian hadiah tersebut kepada pengguna yang mendelegasikan koin mereka, setelah dipotong biaya layanan. Proses ini membuat staking menjadi relatif mudah diakses bahkan bagi investor dengan modal terbatas.

Keuntungan Staking Crypto

Ada beberapa keuntungan staking crypto yang membuatnya menjadi opsi menarik, terutama bagi mereka yang mencari passive income crypto dengan pendekatan yang lebih konservatif:

  • Menghasilkan Passive Income Relatif Stabil: Staking memberikan imbal hasil dalam bentuk koin tambahan secara berkala. Tingkat imbal hasil (sering dinyatakan sebagai APR - Annual Percentage Rate atau APY - Annual Percentage Yield) cenderung lebih stabil dan dapat diprediksi dibandingkan fluktuasi harga aset. Imbal hasil ini berasal dari inflasi jaringan (penerbitan koin baru) atau biaya transaksi.
  • Proses yang Seringkali Lebih Sederhana: Bagi pengguna yang mendelegasikan koinnya melalui bursa kripto atau dompet, proses staking biasanya sangat sederhana, seringkali hanya dengan beberapa klik. Platform tersebut mengurus semua aspek teknis di belakang layar.
  • Kontribusi pada Keamanan Jaringan: Dengan melakukan staking, Anda secara langsung berkontribusi pada keamanan dan stabilitas jaringan blockchain yang Anda dukung. Semakin banyak koin yang di-stake, semakin kuat dan tahan serangan jaringan tersebut.
  • Modal Efisien: Daripada hanya menyimpan aset di dompet, staking memungkinkan aset Anda untuk terus bekerja dan menghasilkan imbal hasil.

Risiko Staking Crypto

Meskipun sering dianggap lebih aman, staking tetap memiliki risiko yang perlu dipahami:

  • Potensi Penguncian Aset (Locking Period): Beberapa protokol staking mengharuskan Anda mengunci aset Anda selama periode waktu tertentu. Selama periode ini, aset Anda tidak dapat diperdagangkan atau ditarik, yang dapat menjadi masalah jika Anda tiba-tiba membutuhkan likuiditas atau ingin menjual aset karena pergerakan harga yang tidak menguntungkan.
  • Risiko Slashing (Penalti): Validator yang Anda delegasikan koinnya mungkin melakukan kesalahan (misalnya, offline atau mencoba memvalidasi transaksi yang tidak sah) yang menyebabkan mereka dikenai penalti oleh jaringan (slashing). Sebagian dari aset yang di-stake, termasuk yang Anda delegasikan, dapat hilang akibat slashing ini. Memilih validator yang andal sangat penting untuk mengurangi risiko ini.
  • Volatilitas Harga Aset: Hadiah yang Anda terima dari staking dihitung berdasarkan jumlah koin yang Anda stake. Namun, nilai imbal hasil dalam mata uang fiat sangat bergantung pada harga pasar aset yang Anda stake. Jika harga aset turun drastis, imbal hasil yang Anda peroleh mungkin tidak cukup untuk menutupi penurunan nilai aset pokok Anda. Ini adalah risiko pasar yang inheren dalam memegang aset kripto apa pun.

Memahami Yield Farming Crypto

Jika staking adalah "menabung" aset di bank yang memberikan bunga (dengan analogi yang disederhanakan), maka yield farming crypto bisa diibaratkan sebagai "bercocok tanam" di ladang yang mungkin memberikan panen melimpah, tetapi juga memiliki risiko kegagalan yang jauh lebih tinggi.

Apa Itu Yield Farming Crypto?

Yield farming adalah strategi dalam keuangan terdesentralisasi (DeFi) yang melibatkan pemanfaatan berbagai protokol DeFi untuk menghasilkan imbal hasil tertinggi yang mungkin dari aset kripto yang Anda miliki. Inti dari cara yield farming adalah menyediakan likuiditas ke platform DeFi, terutama di bursa terdesentralisasi (DEX) yang menggunakan model Automated Market Maker (AMM).

Cara Kerja Yield Farming

Bagaimana cara yield farming bekerja? Di platform DEX seperti Uniswap atau PancakeSwap, pengguna tidak berdagang satu sama lain secara langsung. Sebaliknya, mereka berdagang melawan "kolam likuiditas" (liquidity pool). Kolam likuiditas ini terdiri dari pasangan dua aset kripto (misalnya, ETH/USDC atau BNB/CAKE) yang didepositkan oleh pengguna lain yang disebut "penyedia likuiditas" (liquidity providers - LP). Dengan mendepositkan kedua aset dalam rasio yang setara nilainya (misalnya, jika 1 ETH bernilai $3000, Anda mendepositkan 1 ETH dan 3000 USDC), Anda menjadi penyedia likuiditas untuk kolam tersebut. Sebagai imbalannya, Anda menerima "token penyedia likuiditas" (LP token) yang merepresentasikan saham Anda di dalam kolam.

Trader yang menggunakan DEX untuk menukar satu aset dengan aset lainnya akan membayar biaya transaksi. Biaya transaksi inilah yang didistribusikan secara proporsional kepada semua penyedia likuiditas dalam kolam tersebut berdasarkan jumlah LP token yang mereka miliki. Ini adalah salah satu sumber passive income crypto dari yield farming.

Selain biaya transaksi, banyak protokol DeFi juga memberikan insentif tambahan kepada penyedia likuiditas dalam bentuk token tata kelola (governance tokens) protokol tersebut. Proses ini sering disebut sebagai "farming" karena pengguna "menanam" (stake) LP token mereka di platform tertentu untuk "memanen" token tata kelola baru. Imbal hasil gabungan dari biaya transaksi dan token insentif inilah yang bisa menghasilkan APY (Annual Percentage Yield) yang sangat tinggi, terkadang mencapai ratusan, bahkan ribuan persen, yang membuat yield farming crypto sangat menarik.

Keuntungan Yield Farming Crypto

Potensi imbal hasil yang tinggi adalah daya tarik utama yield farming:

  • Potensi Imbal Hasil yang Sangat Tinggi: Ini adalah keuntungan paling signifikan. Dengan memanfaatkan berbagai strategi dan platform, yield farmer dapat menghasilkan imbal hasil yang jauh lebih tinggi daripada staking tradisional atau metode investasi pasif lainnya di kripto. Imbal hasil ini bisa berasal dari biaya transaksi, token insentif, atau kombinasi keduanya.
  • Fleksibilitas: Ada banyak sekali protokol dan strategi yield farming yang berbeda, memungkinkan pengguna untuk memilih berdasarkan pasangan aset yang mereka miliki, toleransi risiko, dan potensi imbal hasil yang ditawarkan. Ekosistem DeFi terus berkembang, menawarkan peluang baru.

Risiko Yield Farming Crypto

Sebaliknya, risiko yield farming jauh lebih kompleks dan tinggi dibandingkan staking, menjadikannya kurang cocok sebagai investasi kripto yang relatif aman bagi pemula:

  • Risiko Smart Contract: Sebagian besar yield farming terjadi di platform DeFi yang dibangun di atas smart contract. Smart contract, meskipun diaudit, bisa memiliki bug atau kerentanan yang dapat menyebabkan hilangnya dana. Jika smart contract diretas atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, aset yang Anda depositkan di liquidity pool atau protokol farming lainnya bisa hilang sepenuhnya.
  • Risiko Impermanent Loss: Ini adalah risiko spesifik dan paling signifikan dalam yield farming. Impermanent Loss terjadi ketika harga aset yang Anda depositkan di liquidity pool berubah (naik atau turun) secara signifikan dibandingkan saat Anda pertama kali mendepositkannya. Semakin besar perbedaan pergerakan harga antara dua aset dalam pasangan, semakin besar potensi Impermanent Loss. Pada dasarnya, Impermanent Loss adalah selisih nilai aset yang Anda miliki jika Anda hanya menyimpannya (hold) dibandingkan dengan nilai aset yang Anda miliki setelah Anda menariknya dari liquidity pool. Jika harga aset sangat fluktuatif, Impermanent Loss bisa mengikis, bahkan melebihi imbal hasil yang Anda peroleh dari biaya transaksi atau token insentif. Ini adalah risiko yang harus dipahami secara mendalam sebelum terlibat dalam yield farming.
  • Biaya Transaksi (Gas Fee): Berinteraksi dengan protokol DeFi, terutama di blockchain seperti Ethereum (meskipun kini ada solusi Layer 2), bisa memerlukan biaya transaksi (gas fee) yang tinggi, terutama saat jaringan sibuk. Masuk, keluar, mengklaim imbal hasil, atau memindahkan aset semuanya membutuhkan gas fee, yang dapat mengurangi keuntungan, terutama untuk jumlah modal yang lebih kecil.
  • Kompleksitas dan Butuh Pemantauan Aktif: Yield farming bisa sangat kompleks. Ada banyak platform, strategi, dan metrik yang perlu dipahami (APR, APY, Impermanent Loss, tokenomics token insentif). Tingkat APY bisa berubah dengan cepat karena partisipasi pengguna dan harga token. Strategi farming yang optimal mungkin memerlukan pemantauan aktif dan penyesuaian berkala, menjadikannya kurang "pasif" dalam arti sebenarnya dibandingkan staking sederhana.
  • Risiko Harga Token Insentif: Sebagian besar imbal hasil tinggi dalam yield farming berasal dari token insentif yang baru dicetak. Nilai token ini sangat bergantung pada permintaan pasar dan bisa sangat volatil. Jika harga token insentif anjlok, imbal hasil tinggi yang ditampilkan (dalam APY) mungkin tidak terealisasi dalam nilai dolar yang sebenarnya.
  • Risiko Rug Pull: Di platform DeFi yang kurang kredibel atau baru, ada risiko rug pull, di mana tim pengembang tiba-tiba menarik semua dana dari protokol dan menghilang.

Perbedaan Staking dan Yield Farming

Setelah memahami dasar-dasar keduanya, mari kita lihat perbedaan staking dan yield farming secara langsung.

Komparasi Mekanisme Staking vs Yield Farming

Perbedaan fundamental terletak pada tujuan dan mekanisme kerja:

  • Staking: Mendukung keamanan dan validasi jaringan blockchain PoS. Anda mengunci aset Anda untuk membantu konsensus jaringan. Imbal hasil berasal dari hadiah protokol (inflasi/biaya transaksi).
  • Yield Farming: Menyediakan likuiditas untuk platform DeFi (terutama DEX). Anda menempatkan aset Anda ke dalam liquidity pool agar trader bisa berdagang. Imbal hasil berasal dari biaya transaksi yang dibayarkan trader dan/atau token insentif dari protokol.

Tingkat kompleksitas juga sangat berbeda. Cara staking crypto untuk pemula seringkali semudah mengklik tombol "stake" di bursa kripto. Sementara itu, cara yield farming membutuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang konsep DeFi seperti liquidity pool, LP token, smart contract, dan metrik imbal hasil yang bervariasi.

Imbal Hasil vs Risiko: Mana Lebih Untung?

Secara umum, potensi imbal hasil (APY) dari yield farming jauh lebih tinggi daripada staking. Tidak jarang melihat APY puluhan, ratusan, bahkan ribuan persen dalam yield farming, terutama di kolam likuiditas yang baru atau untuk token insentif yang nilainya sedang tinggi. Staking biasanya menawarkan imbal hasil dalam kisaran angka tunggal hingga puluhan persen per tahun (misalnya 5% hingga 20% APY), meskipun ada beberapa pengecualian.

Namun, seperti kaidah investasi, potensi imbal hasil yang lebih tinggi selalu dibarengi dengan risiko yang lebih tinggi. Risiko yield farming secara keseluruhan jauh melampaui risiko staking. Risiko smart contract dan Impermanent Loss adalah dua pedang bermata dua yang bisa menghapus keuntungan potensial yang tinggi. Di sisi lain, risiko staking lebih terbatas pada penguncian aset, slashing (yang bisa diminimalkan dengan memilih validator terpercaya), dan risiko pasar umum (penurunan harga aset).

Memahami Impermanent Loss

Impermanent Loss adalah konsep krusial yang membedakan risiko yield farming dari staking. Mari kita jelaskan lebih detail.

Misalnya Anda memiliki aset A dan aset B, dan Anda mendepositkannya ke liquidity pool dalam rasio 50:50 berdasarkan nilai dolarnya. Contoh, Anda mendepositkan 1 ETH (senilai $3000) dan 3000 USDC. Total nilai deposit Anda adalah $6000.

Beberapa waktu kemudian, harga ETH naik menjadi $6000, sementara harga USDC tetap $1. Arbitrager akan memanfaatkan perbedaan harga ini (harga ETH di pool 'tertinggal' dibandingkan harga pasar luar) untuk berdagang melawan pool Anda, membeli ETH yang relatif lebih murah dari pool dan menjualnya di tempat lain, serta menjual USDC yang relatif lebih mahal ke pool Anda. Proses ini akan menyesuaikan rasio aset dalam pool sehingga nilai total aset di pool tetap seimbang secara nilai dolar.

Setelah pergerakan harga dan aktivitas trading arbitrase tersebut, Anda mungkin mendapati bahwa di dalam pool Anda sekarang memiliki lebih sedikit ETH dan lebih banyak USDC. Meskipun nilai total aset Anda di dalam pool mungkin lebih tinggi dari nilai awal ($6000), nilai tersebut lebih rendah dibandingkan jika Anda hanya menyimpan (hold) 1 ETH dan 3000 USDC di dompet Anda ($6000 + $3000 = $9000). Selisih antara nilai aset Anda jika di-hold vs nilai aset Anda di pool adalah Impermanent Loss. Kerugian ini disebut "impermanent" (tidak permanen) karena jika harga kedua aset kembali ke rasio semula saat Anda deposit, Impermanent Loss akan hilang. Namun, jika Anda menarik aset Anda sebelum harga kembali, kerugian itu menjadi permanen.

Impermanent Loss bisa sangat signifikan, terutama pada pasangan aset yang sangat volatil atau ketika ada pergerakan harga yang besar dan satu arah. Imbal hasil yang Anda peroleh dari biaya transaksi dan token insentif harus cukup besar untuk menutupi potensi Impermanent Loss ini. Dalam staking, risiko semacam ini tidak ada karena Anda hanya mengunci satu jenis aset.

Stabilitas Imbal Hasil Staking vs Yield Farming

Imbal hasil dari staking cenderung lebih stabil dan dapat diprediksi. Tingkat APR/APY untuk staking biasanya diumumkan oleh protokol atau platform dan tidak berfluktuasi secara liar setiap saat, meskipun bisa berubah karena partisipasi jaringan atau kebijakan protokol. Ini memungkinkan investor untuk memiliki perkiraan pendapatan pasif yang lebih jelas.

Sebaliknya, imbal hasil dari yield farming bisa sangat tidak stabil dan sulit diprediksi. APY yield farming dapat berubah dengan cepat tergantung pada volume trading di kolam likuiditas (mempengaruhi biaya transaksi) dan harga token insentif (mempengaruhi nilai imbal hasil farming). Saat APY sangat tinggi, itu seringkali menarik banyak farmer baru yang mendepositkan modal mereka, yang pada gilirannya dapat menurunkan APY seiring berjalannya waktu karena hadiah didistribusikan ke jumlah modal yang lebih besar.

Faktor Penting Saat Memilih Investasi Crypto: Staking atau Yield Farming?

Memilih antara staking dan yield farming bukanlah keputusan mudah dan sangat bergantung pada profil individu Anda sebagai investor.

Panduan Memilih Berdasarkan Toleransi Risiko dan Pengalaman

Berikut adalah beberapa faktor kunci yang perlu Anda pertimbangkan saat memutuskan mana yang lebih cocok:

  • Toleransi Risiko Pribadi: Ini adalah faktor terpenting. Apakah Anda tipe investor yang berhati-hati dan memprioritaskan keamanan modal, atau Anda bersedia mengambil risiko lebih besar demi potensi keuntungan yang lebih tinggi? Jika toleransi risiko Anda rendah, staking kemungkinan merupakan pilihan yang lebih baik. Jika Anda nyaman dengan risiko tinggi dan memahami potensi kerugian, yield farming bisa dipertimbangkan.
  • Tingkat Pengalaman dan Pemahaman: Seberapa paham Anda tentang teknologi blockchain, DeFi, smart contract, dan konsep seperti Impermanent Loss? Staking relatif mudah dipahami dan dioperasikan bahkan oleh pemula. Yield farming membutuhkan tingkat pemahaman teknis dan pasar yang jauh lebih tinggi. Memulai yield farming tanpa pemahaman yang memadai sangat berisiko.
  • Jumlah Modal: Untuk berpartisipasi sebagai validator penuh dalam staking (misalnya di Ethereum 2.0), Anda memerlukan modal yang sangat besar (32 ETH). Namun, Anda bisa mendelegasikan modal berapapun. Dalam yield farming, meskipun Anda bisa memulai dengan modal kecil, biaya transaksi yang tinggi di beberapa blockchain bisa mengurangi keuntungan, membuat yield farming lebih efisien untuk modal yang lebih besar, terutama jika Anda sering berpindah strategi atau mengklaim imbal hasil.
  • Tujuan Investasi: Apakah Anda mencari pendapatan pasif yang stabil dalam jangka panjang (staking)? Atau Anda mencoba mendapatkan imbal hasil tinggi dalam jangka pendek dari token insentif baru (yield farming)? Tujuan Anda akan sangat memengaruhi pilihan metode.
  • Waktu untuk Manajemen: Staking umumnya membutuhkan sedikit manajemen setelah Anda mendepositkan aset Anda (kecuali memantau validator). Yield farming, terutama jika Anda mengejar APY tertinggi di berbagai platform, mungkin memerlukan pemantauan dan penyesuaian strategi yang lebih aktif. Seberapa banyak waktu yang bisa Anda dedikasikan?

Kesimpulan: Mana Pilihan Tepat untuk Passive Income Crypto Anda?

Kita telah melihat perbedaan staking dan yield farming secara mendalam. Staking adalah metode yang lebih konservatif untuk menghasilkan passive income crypto. Mekanismenya lebih sederhana, risikonya relatif lebih rendah (meskipun tetap ada risiko penguncian aset, slashing, dan harga aset), dan imbal hasilnya cenderung lebih stabil. Staking sangat cocok bagi investor yang memprioritaskan keamanan modal, memiliki toleransi risiko rendah hingga moderat, dan/atau merupakan pemula di dunia kripto.

Di sisi lain, yield farming menawarkan potensi imbal hasil yang sangat tinggi, namun dengan risiko yang jauh lebih besar. Risiko smart contract, biaya transaksi yang tinggi, volatilitas harga token insentif, dan yang paling menakutkan, Impermanent Loss adalah tantangan utama dalam yield farming. Metode ini lebih cocok bagi investor yang memiliki pemahaman mendalam tentang DeFi, memiliki toleransi risiko tinggi, memiliki modal yang cukup untuk menyerap biaya transaksi, dan bersedia meluangkan waktu untuk memantau dan mengelola posisi mereka secara aktif.

Rekomendasi untuk Pemula

Jika Anda seorang pemula atau mencari pendekatan yang lebih tenang, mulailah dengan staking pada aset yang Anda percayai dan pahami. Ini memungkinkan Anda mengenal konsep pendapatan pasif di kripto dengan risiko yang relatif terukur sebelum beralih ke strategi yang lebih kompleks dan berisiko seperti yield farming.

Langkah Selanjutnya: Mulai Hasilkan Passive Income

Memilih antara staking dan yield farming bukanlah tentang mana yang "lebih baik" secara absolut, melainkan mana yang paling sesuai dengan situasi, pengetahuan, dan tujuan finansial Anda. Penting untuk melakukan riset mendalam Anda sendiri (Do Your Own Research - DYOR) sebelum mengalokasikan dana ke salah satu metode ini. Pahami secara rinci protokol atau platform yang akan Anda gunakan, periksa reputasinya, dan pastikan Anda benar-benar memahami risiko yang terkait, terutama risiko Impermanent Loss jika Anda tertarik pada yield farming. Terus belajar dan beradaptasi adalah kunci.

Untuk terus mendapatkan wawasan dan pemahaman yang lebih dalam tentang investasi dan trading cryptocurrency, termasuk strategi passive income seperti staking dan yield farming, serta cara mengelola risiko di pasar kripto yang volatil, Anda bisa menemukan informasi dan komunitas yang mendukung perjalanan belajar Anda. Ikuti Akademi Crypto di Instagram untuk tips harian, penjelasan konsep kompleks, dan update terbaru seputar dunia kripto yang akan membantu Anda membangun pengetahuan yang kuat dan menghindari kesalahan umum yang dilakukan investor pemula. Kunjungi kami di Instagram Akademi Crypto dan mari bersama-sama meraih potensi di pasar aset digital.

A.F. AuliaA
DITULIS OLEH

A.F. Aulia

Blockchain believer | Crypto analyst | Sharing knowledge tentang dunia digital asset dan teknologi yang mengubah masa depan keuangan.

Tanggapan (0 )



















Promo Akademi Crypto

Jadi Investor Cerdas

Dapatkan analisis pasar kripto, panduan investasi, dan berita terbaru langsung ke email Anda. Berhenti berlangganan kapan saja.

👋 Ikuti kami di media sosial