Dalam lanskap inovasi teknologi terdesentralisasi, munculnya DePIN (Decentralized Physical Infrastructure Networks) mewakili ambisi untuk membangun jaringan infrastruktur dunia nyata—mulai dari jaringan nirkabel, energi, hingga penyimpanan data—menggunakan insentif berbasis kripto dan arsitektur blockchain.
Salah satu proyek pionir yang paling banyak dibicarakan, sekaligus menjadi studi kasus krusial, adalah Helium Network. Proyek ini memulai perjalanannya dengan visi besar: menciptakan jaringan nirkabel LoRaWAN global yang terdesentralisasi, dibangun dan dioperasikan oleh individu-individu di seluruh dunia, bukan perusahaan telekomunikasi besar. Analisis post-mortem terhadap siklus hidup ‘flywheel’ Helium, dari pertumbuhan eksplosif hingga tantangan krusialnya, memberikan pelajaran tak ternilai bagi masa depan DePIN dan penggunaan model insentif kripto untuk bootstrapping infrastruktur fisik.
Helium Network, sering disebut sebagai “The People’s Network”, adalah proyek yang bertujuan membangun jaringan nirkabel peer-to-peer untuk perangkat Internet of Things (IoT). Berbeda dengan jaringan seluler tradisional yang dikelola oleh operator terpusat, Helium memanfaatkan kekuatan komunitas. Individu dapat membeli dan mengoperasikan perangkat yang disebut Helium Miner (atau Hotspot) untuk menyediakan jangkauan nirkabel di area mereka. Sebagai imbalannya, mereka mendapatkan token kripto Helium (HNT).
Visi awalnya adalah menciptakan jangkauan nirkabel di mana pun ada orang yang membutuhkan konektivitas untuk perangkat IoT mereka, dengan biaya yang jauh lebih rendah dan cakupan yang lebih luas dibandingkan solusi tradisional, semua didukung oleh arsitektur terdesentralisasi. Konsep ini menempatkan Helium sebagai salah satu contoh paling menonjol dari DePIN.
Baca juga: Apa Itu DePIN Kripto? Potensi Investasi & Proyek Terbaik
Helium telah menjalani perjalanan yang penuh gejolak sejak diluncurkan, dari pertumbuhan eksponensial dalam jumlah hotspot dan cakupan jaringan, hingga kritik pedas mengenai kurangnya penggunaan jaringan riil dan penurunan nilai token yang signifikan. Pengalaman Helium menjadikannya studi kasus yang sangat relevan dan penting untuk dianalisis, khususnya bagi investor, pengembang, dan siapa pun yang tertarik dengan potensi dan risiko DePIN serta model insentif kripto.
Memahami dinamika yang terjadi di Helium sangat penting karena ini bukan sekadar kegagalan proyek tunggal, tetapi cerminan tantangan fundamental dalam menggabungkan insentif kripto dengan pembangunan dan penggunaan infrastruktur fisik di dunia nyata. Ini adalah contoh nyata dari bagaimana insentif token dapat dengan sangat efektif membangun sisi penawaran, tetapi bagaimana kegagalan dalam membangun sisi permintaan dapat merusak seluruh ekosistem.
Fase Pertumbuhan Awal: Membangun Jaringan Fisik dengan Insentif Kripto
Konsep Flywheel Kripto Helium
Inti dari strategi pertumbuhan awal Helium adalah konsep ‘flywheel’ atau efek jaringan yang didorong oleh insentif token HNT. Model ini didesain untuk menciptakan siklus pertumbuhan positif: Semakin banyak Helium Miner yang diinstal, semakin luas jangkauan jaringan. Jangkauan yang lebih luas seharusnya menarik lebih banyak pengguna jaringan (perangkat IoT dan bisnis). Penggunaan jaringan yang meningkat akan membakar token HNT (melalui Data Credits), yang secara teoritis akan meningkatkan nilai HNT. Nilai HNT yang meningkat akan menarik lebih banyak orang untuk membeli dan memasang Helium Miner demi mendapatkan imbalan HNT, memulai siklus baru.
Namun, seperti yang akan kita lihat, ‘flywheel’ ini hanya berhasil di satu sisi: sisi penawaran (supply). Fokus awal Helium sepenuhnya pada pembangunan infrastruktur fisik. Mereka memahami bahwa tantangan pertama adalah memiliki jaringan yang cukup padat dan luas agar menarik bagi pengguna potensial. Untuk mencapai ini dengan cepat dan terdesentralisasi, insentif token HNT difokuskan pada individu yang bersedia membeli, memasang, dan memelihara Helium Miner. Ini adalah penggunaan model insentif kripto yang brilian untuk memecahkan masalah ‘cold start’ dalam membangun jaringan fisik. Token HNT bertindak sebagai ‘subsidi’ awal yang dibayarkan kepada individu yang berkontribusi pada pembangunan jaringan.
Mekanisme Insentif Token HNT
Insentif penambangan (mining) di jaringan Helium didasarkan pada mekanisme yang disebut Proof-of-Coverage (PoC). Berbeda dengan Proof-of-Work (PoW) seperti Bitcoin atau Proof-of-Stake (PoS), PoC dirancang khusus untuk jaringan nirkabel. Helium Miner tidak bersaing untuk memecahkan teka-teki komputasi; sebaliknya, mereka bersaing untuk membuktikan bahwa mereka menyediakan jangkauan nirkabel di lokasi geografis tertentu.
Proses PoC melibatkan Helium Miner yang berinteraksi satu sama lain melalui gelombang radio. Hotspot secara acak diberi tugas untuk ‘menantang’ hotspot lain untuk membuktikan cakupannya (challenger), berpartisipasi dalam tantangan (witness), atau menerima tantangan (challengee). Aktivitas ini—challenger, witness, dan challengee—memvalidasi bahwa hotspot benar-benar berada di lokasi yang diklaim dan menyediakan jangkauan. Sebagai imbalan atas partisipasi yang berhasil dalam aktivitas PoC ini, Helium Miner diberi imbalan dalam bentuk token HNT. Miner juga mendapatkan sebagian kecil HNT jika mereka berhasil mentransfer data dari perangkat IoT yang menggunakan jaringan mereka, meskipun porsi ini pada awal jauh lebih kecil dibandingkan imbalan PoC.
Keberhasilan Membangun Sisi Penawaran (Supply)
Strategi insentif berbasis HNT terbukti sangat berhasil dalam membangun sisi pasokan jaringan. Didorong oleh potensi pendapatan pasif dari menambang HNT, puluhan ribu, kemudian ratusan ribu, dan bahkan jutaan orang di seluruh dunia berbondong-bondong membeli dan memasang Helium Miner di rumah atau bisnis mereka. Harga hotspot bervariasi, tetapi investasi awal relatif terjangkau bagi banyak individu, terutama saat harga HNT sedang tinggi dan imbalan PoC melimpah.
Grafik pertumbuhan jumlah Helium Miner dari tahun 2020 hingga awal 2022 sangat curam. Dalam waktu singkat, Helium berhasil membangun jangkauan jaringan LoRaWAN yang jauh lebih luas dan padat dibandingkan operator telekomunikasi tradisional yang mungkin membutuhkan investasi miliaran dolar dan bertahun-tahun untuk mencapainya. Keberhasilan ini sering digembar-gemborkan sebagai bukti kekuatan model DePIN dan insentif kripto dalam memobilisasi crowdsourcing infrastruktur fisik. Pada puncaknya, Helium memiliki lebih dari satu juta hotspot aktif di seluruh dunia, menciptakan peta cakupan yang mengesankan secara visual.
Mekanisme Kripto dan Tokenomics HNT
Peran Sentral Token HNT
Token HNT adalah pusat dari ekosistem Helium. Token ini memiliki beberapa fungsi: pertama, sebagai insentif utama bagi Helium Miner untuk membangun dan memelihara jaringan. Kedua, sebagai token tata kelola yang memungkinkan pemegang HNT untuk memberikan suara pada proposal perubahan jaringan. Ketiga, dan yang paling krusial dari perspektif permintaan jaringan, HNT digunakan untuk membeli Data Credits (DCs). Data Credits adalah unit pembayaran untuk mentransfer data melalui jaringan Helium. Setiap byte data yang dikirim atau diterima melalui jaringan membutuhkan sejumlah DCs untuk dibayar. DCs memiliki harga fiat yang stabil (setara dengan $0.00001 per 24 byte) dan hanya dapat diperoleh dengan ‘membakar’ token HNT.
Baca juga: Investasi Helium HNT: Ulasan Lengkap Proyek DePIN
Mekanisme pembakaran HNT menjadi DCs adalah jembatan antara nilai token dan penggunaan jaringan riil. Jika penggunaan jaringan tinggi, permintaan akan DCs tinggi, yang berarti lebih banyak HNT dibakar. Pembakaran HNT mengurangi pasokan yang beredar, dan secara teoritis, jika permintaan penggunaan jaringan cukup besar, ini akan memberikan tekanan ke atas pada harga HNT, melengkapi ‘flywheel’ di sisi permintaan. Dengan demikian, nilai jangka panjang HNT seharusnya terkait langsung dengan utilitas dan penggunaan jaringan Helium oleh perangkat IoT.
Detail Mekanisme Proof-of-Coverage (PoC)
Meskipun PoC tampaknya sederhana di permukaan, implementasinya cukup canggih. Helium Miner terus-menerus ‘mendengarkan’ di frekuensi radio LoRaWAN. Tantangan PoC dikirimkan melalui jaringan internet ke hotspot yang ditunjuk sebagai ‘challenger’. Challenger kemudian memilih target ‘challengee’ (hotspot lain) dan meminta mereka untuk memancarkan sinyal radio. Hotspot lain di sekitar challengee yang ‘mendengar’ sinyal ini disebut ‘witness’. Witness melaporkan kembali apa yang mereka dengar ke blockchain Helium. Blockchain kemudian memverifikasi laporan dari witness untuk mengonfirmasi bahwa challengee memang berada di lokasi yang diklaim dan memancarkan sinyal.
Reward HNT didistribusikan berdasarkan peran dalam PoC dan aktivitas transfer data. Mayoritas reward awal dialokasikan untuk aktivitas PoC, secara efektif memberikan subsidi untuk membangun jangkauan. Seiring waktu, alokasi reward direncanakan bergeser lebih banyak ke aktivitas transfer data, dengan asumsi penggunaan jaringan akan meningkat.
Dinamika Pasokan Token Awal
Dinamika tokenomics Helium, terutama pada fase awal, dirancang untuk memprioritaskan penambangan HNT sebagai imbalan PoC. Tingkat emisi HNT dimulai pada tingkat yang relatif tinggi untuk dengan cepat mendorong penyebaran hotspot. Mekanisme ‘halving’ (pengurangan separuh imbalan) terjadi setiap dua tahun untuk mengontrol pasokan total HNT (yang dibatasi pada 223 juta token). Namun, pada fase pertumbuhan tercepat, jumlah HNT yang diterbitkan dan didistribusikan kepada miner PoC jauh melebihi jumlah HNT yang dibakar melalui Data Credits dari penggunaan jaringan riil.
Desain ini, yang sangat fokus pada insentif supply, berhasil membangun jaringan fisik dengan cepat, tetapi secara inheren menciptakan ketidakseimbangan. Pasokan HNT terus meningkat karena miner aktif, sementara permintaan untuk membakar HNT menjadi Data Credits (dari penggunaan jaringan) sangat minim. Ketidakseimbangan pasokan dan permintaan token inilah yang menjadi akar masalah besar Helium di kemudian hari.
Tantangan Krusial: Masalah Sisi Permintaan (Demand-Side Problem)
Kesenjangan Supply dan Demand
Meskipun Helium berhasil membangun jaringan fisik LoRaWAN yang masif dan tersebar luas, keberhasilan ini ternyata hanya setengah dari persamaan. Tantangan terbesar dan paling merusak bagi Helium adalah kegagalannya untuk menghasilkan permintaan yang signifikan dan berkelanjutan untuk penggunaan jaringannya oleh perangkat IoT dunia nyata. Terjadi kesenjangan yang lebar antara jumlah Helium Miner yang aktif (menciptakan pasokan jangkauan) dan volume data yang sebenarnya ditransfer melalui jaringan (menciptakan permintaan penggunaan).
Data on-chain menunjukkan bahwa volume Data Credits yang dibakar (yang setara dengan penggunaan jaringan) sangat kecil dibandingkan dengan jumlah HNT yang diterbitkan sebagai imbalan bagi para miner. Ini berarti ‘flywheel’ sisi permintaan gagal berputar. Pengguna dan bisnis yang menggunakan perangkat IoT tidak mengadopsi jaringan Helium dalam skala besar yang dibutuhkan untuk mendukung ekosistem dan nilai token HNT.
Minimnya Kasus Penggunaan & Adopsi Riil
Ada beberapa alasan mengapa permintaan dari pengguna akhir atau bisnis tidak tumbuh secepat pasokan. Pertama, meskipun jangkauan fisik ada, meyakinkan perusahaan IoT tradisional untuk beralih dari solusi konektivitas yang ada (seperti seluler, satelit, atau jaringan LoRaWAN privat) ke jaringan terdesentralisasi seperti Helium adalah tugas yang sulit. Perusahaan-perusahaan ini membutuhkan keandalan tingkat industri, Service Level Agreements (SLA) yang jelas, dukungan teknis yang kuat, dan kepastian biaya jangka panjang.
Meskipun Helium menawarkan potensi biaya yang lebih rendah, proses integrasi dan ketidakpastian seputar jaringan terdesentralisasi (misalnya, bagaimana jika miner di area kritis tiba-tiba offline?) menjadi hambatan. Kasus penggunaan yang ada di Helium umumnya berskala kecil atau eksperimental, seperti pelacak aset (asset trackers), sensor lingkungan (environmental sensors), atau solusi pemantauan dasar. Tidak ada ‘killer app’ atau adopsi korporat besar yang mendorong volume data signifikan melalui jaringan, yang menjadi masalah utama bagi Jaringan Fisik Kripto ini.
Hambatan Menciptakan Demand Organik
Tantangan menciptakan demand organik ini bukanlah masalah yang unik hanya bagi Helium, tetapi merupakan hambatan fundamental bagi banyak proyek DePIN. Membangun infrastruktur fisik terdesentralisasi hanyalah langkah pertama. Langkah yang jauh lebih sulit adalah menciptakan produk atau layanan di atas infrastruktur tersebut yang benar-benar dibutuhkan dan digunakan oleh pasar di dunia nyata dalam skala besar. Ini membutuhkan lebih dari sekadar tokenomics; ini membutuhkan pengembangan bisnis tradisional, penjualan, pemasaran, dukungan pelanggan, dan persaingan langsung dengan penyedia layanan terpusat yang sudah mapan.
Proyek DePIN harus menghadapi kenyataan bahwa pengguna akhir dan bisnis seringkali lebih peduli pada fungsionalitas, keandalan, kemudahan penggunaan, dan biaya daripada arsitektur terdesentralisasi di baliknya. Jika solusi DePIN tidak menawarkan keunggulan kompetitif yang jelas dalam hal-hal praktis tersebut, insentif token saja tidak cukup untuk mendorong adopsi penggunaan yang signifikan.
Dampak Masalah Demand pada Ekosistem Helium
Penurunan Nilai Token HNT
Kurangnya permintaan data riil memiliki dampak langsung dan merusak pada ekosistem Helium, terutama pada nilai token HNT dan motivasi para miner. Karena hanya sedikit HNT yang dibakar menjadi Data Credits, tekanan utama pada harga HNT berasal dari pasokan baru yang terus dihasilkan oleh miner. Ketika permintaan token tidak tumbuh secepat pasokan, harga HNT mulai menurun.
Penurunan nilai HNT menciptakan siklus negatif. Imbalan HNT yang diterima oleh miner, ketika dikonversi ke mata uang fiat (seperti USD), nilainya menurun drastis. Ini mengurangi profitabilitas pengoperasian Helium Miner, terutama bagi mereka yang mengeluarkan biaya listrik dan internet. Banyak miner menjadi disinsentif untuk terus mengoperasikan hotspot mereka, atau bahkan menjual perangkat mereka. Jika ini terjadi dalam skala besar, itu bisa mengarah pada penurunan jumlah hotspot aktif dan degradasi cakupan jaringan, yang semakin mengurangi daya tarik jaringan bagi pengguna potensial, melengkapi siklus negatif.
Respon Strategis & Pergesifan Fokus
Menghadapi tantangan permintaan dan penurunan nilai token, tim inti Helium dan komunitasnya telah melakukan beberapa pergeseran strategis signifikan. Salah satunya adalah migrasi seluruh jaringan dari blockchain custom mereka sendiri ke blockchain Solana. Migrasi ini bertujuan untuk meningkatkan skalabilitas, keandalan, dan kecepatan transaksi jaringan, serta memungkinkan integrasi yang lebih mudah dengan ekosistem kripto yang lebih besar di Solana.
Selain itu, Helium juga berekspansi ke jaringan fisik lain, seperti jaringan 5G (Mobile) dan bahkan penyimpanan data. Tujuannya adalah untuk mencari kasus penggunaan yang lebih kuat dan potensi permintaan yang lebih besar di segmen pasar lain. Namun, ekspansi ini juga membutuhkan pembangunan infrastruktur dan komunitas penambang baru, menimbulkan pertanyaan apakah tantangan pembangunan permintaan yang sama akan terulang di jaringan-jaringan baru ini.
Implikasi bagi Proyek DePIN Lain
Pengalaman Helium adalah studi kasus yang penting bukan hanya untuk Helium itu sendiri, tetapi untuk seluruh ekosistem DePIN yang sedang berkembang. Ini dengan jelas menunjukkan bahwa membangun infrastruktur terdesentralisasi hanyalah awal. Model insentif kripto sangat efektif untuk memecahkan masalah bootstrapping supply, tetapi mereka tidak secara otomatis memecahkan masalah bootstrapping demand dunia nyata. Kegagalan Helium dalam menciptakan demand yang signifikan menjadi peringatan keras bagi proyek DePIN lainnya untuk tidak hanya fokus pada pembangunan jaringan, tetapi juga pada pengembangan produk/layanan yang dibutuhkan pasar, strategi go-to-market yang efektif, dan cara mengintegrasikan penggunaan dunia nyata ke dalam tokenomics mereka sejak awal.
Baca juga: Investasi DePIN Crypto: Peluang Infrastruktur Fisik Terdesentralisasi
Ini memicu diskusi dalam komunitas DePIN tentang bagaimana mengukur keberhasilan. Apakah metriknya adalah jumlah node/miner (supply)? Atau volume penggunaan jaringan riil (demand)? Studi kasus Helium dengan tegas menunjukkan bahwa yang kedua adalah metrik yang paling penting untuk keberlanjutan jangka panjang dan akumulasi nilai dalam ekosistem.
Pelajaran Kunci dari Studi Kasus Helium
Kekuatan Bootstrapping Supply
Salah satu pelajaran paling jelas dari Helium adalah bahwa model insentif kripto memiliki kekuatan luar biasa dalam memobilisasi sumber daya terdistribusi untuk membangun infrastruktur fisik dengan sangat cepat. Kemampuan Helium untuk mendorong individu di seluruh dunia membeli dan memasang perangkat untuk menciptakan jaringan nirkabel global dalam waktu beberapa tahun adalah bukti konsep yang revolusioner untuk crowdsourcing pembangunan infrastruktur. Bagi proyek DePIN di masa depan yang tantangan utamanya adalah membangun fondasi fisik yang tersebar, insentif token adalah alat yang sangat ampuh untuk memulai proses ini.
Ini menunjukkan potensi model DePIN sebagai alternatif yang efisien dan terdesentralisasi untuk membangun infrastruktur. Daripada satu perusahaan besar menginvestasikan miliaran, ribuan atau jutaan individu dapat berinvestasi dalam skala kecil, didorong oleh potensi imbalan token. Namun, pelajaran ini datang dengan peringatan keras, seperti yang ditunjukkan oleh sisi lain dari cerita Helium.
Kelemahan Kritis: Gagal Membangun Demand Riil
Pelajaran paling krusial dari studi kasus Helium adalah bahwa keberhasilan dalam membangun sisi pasokan (infrastruktur fisik) dengan insentif token relatif mudah dibandingkan dengan tantangan sebenarnya: membangun permintaan dunia nyata yang berkelanjutan untuk penggunaan jaringan tersebut. Fokus eksklusif atau yang terlalu berat pada ‘supply-side flywheel’ tanpa secara paralel dan agresif membangun ‘demand-side flywheel’ adalah resep kegagalan jangka panjang.
Model insentif token dapat membeli partisipasi dalam membangun jaringan, tetapi tidak secara otomatis membeli penggunaan jaringan. Nilai riil sebuah jaringan infrastruktur berasal dari seberapa banyak ia digunakan. Jika tidak ada permintaan yang signifikan dari pengguna akhir atau bisnis yang bersedia membayar untuk layanan tersebut (dengan membakar token), maka insentif bagi penyedia infrastruktur akan mengering seiring waktu karena nilai token menurun. Ini adalah pelajaran yang menyakitkan namun vital bagi setiap proyek DePIN: validasi pasar dan pembangunan permintaan harus menjadi prioritas utama sejak hari pertama, setara atau bahkan lebih penting daripada bootstrapping supply.
Desain Tokenomics Masa Depan
Pengalaman Helium menggarisbawahi pentingnya desain tokenomics yang hati-hati untuk proyek DePIN. Model token harus seimbang antara insentif untuk membangun dan memelihara infrastruktur (supply) dan insentif untuk menggunakan infrastruktur tersebut (demand). Mungkin model yang lebih baik akan mengaitkan imbalan token bagi penyedia infrastruktur secara lebih langsung dengan volume atau nilai data yang sebenarnya mereka transfer, bukan hanya dengan membuktikan cakupan atau berpartisipasi dalam PoC semata.
Selain itu, tokenomics harus mempertimbangkan bagaimana menciptakan tekanan pembakaran (burn pressure) yang signifikan dari penggunaan dunia nyata agar nilai token memiliki dasar fundamental yang kuat. Ini mungkin melibatkan mekanisme harga yang berbeda untuk penggunaan, atau integrasi yang lebih dalam dengan aplikasi dan layanan yang secara inheren menghasilkan volume data besar. Desain tokenomics yang hanya mengandalkan spekulasi atau insentif supply-only rentan terhadap siklus boom-and-bust yang terlihat di Helium.
Masa Depan DePIN
Meskipun Helium menghadapi tantangan signifikan, kontribusinya terhadap lanskap DePIN tidak bisa diremehkan. Mereka membuktikan bahwa model terdesentralisasi untuk membangun infrastruktur fisik itu memungkinkan. Namun, mereka juga dengan keras menunjukkan tantangan terbesar yang harus diatasi: bagaimana menerjemahkan infrastruktur yang dibangun oleh komunitas menjadi penggunaan riil dan nilai ekonomi yang berkelanjutan. Proyek DePIN generasi baru harus belajar dari Helium.
Ini berarti fokus yang lebih besar pada identifikasi kasus penggunaan yang kuat dan terukur, pengembangan produk yang memenuhi kebutuhan pasar tradisional, dan strategi go-to-market yang efektif untuk menarik pengguna dan bisnis. Insentif token akan tetap menjadi alat penting untuk bootstrapping supply, tetapi mereka harus dipadukan dengan strategi yang jelas dan terbukti untuk membangun demand. Masa depan DePIN akan ditentukan oleh kemampuan proyek-proyek baru untuk tidak hanya membangun jaringan, tetapi juga membuatnya benar-benar digunakan.
Kesimpulan
Rangkuman Temuan Utama
Studi kasus Helium menawarkan gambaran yang kompleks tentang potensi dan perangkap dalam menggunakan model insentif kripto untuk membangun Jaringan Fisik Terdesentralisasi (DePIN). Di satu sisi, Helium berhasil mencapai pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal penyebaran infrastruktur nirkabel berkat insentif token HNT yang menarik puluhan ribu individu untuk menjadi Helium Miner. Ini membuktikan kekuatan crowdsourcing berbasis kripto dalam membangun sisi pasokan secara cepat dan global.
Namun, kisah Helium juga menjadi peringatan keras. Keberhasilan dalam membangun pasokan infrastruktur fisik tidak secara otomatis menghasilkan permintaan yang signifikan untuk penggunaan jaringan tersebut. Kurangnya kasus penggunaan yang masif dan adopsi riil oleh bisnis atau pengguna akhir menyebabkan volume penggunaan data yang sangat rendah dibandingkan dengan skala jaringan yang dibangun. Ketidakseimbangan ini menimbulkan tekanan besar pada nilai token HNT, mengurangi insentif bagi para miner, dan mengancam keberlanjutan ekosistem.
Kontribusi dan Warisan Helium bagi DePIN
Meskipun menghadapi tantangan ini dan mengalami masa-masa sulit, Helium memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi lanskap DePIN. Mereka adalah pionir yang berani bereksperimen dengan model baru dan, dalam prosesnya, memberikan pelajaran mendalam dan data empiris tentang apa yang berhasil (bootstrapping supply) dan apa yang merupakan tantangan utama (membangun demand riil) dalam ruang ini. Pengalaman Helium telah mendorong komunitas DePIN untuk berpikir lebih kritis tentang validasi pasar, pembangunan produk, dan desain tokenomics yang seimbang untuk kesuksesan jangka panjang.
Studi kasus Helium menegaskan bahwa, sementara insentif kripto adalah alat yang ampuh untuk membangun infrastruktur, keberlanjutan sejati sebuah proyek DePIN pada akhirnya bergantung pada kemampuannya untuk menciptakan produk atau layanan di atas infrastruktur tersebut yang benar-benar memberikan nilai dan dibutuhkan oleh pasar dunia nyata. Ini adalah tantangan DePIN yang harus dijawab oleh proyek-proyek generasi berikutnya untuk mewujudkan potensi penuh dari jaringan fisik terdesentralisasi.
Jika Anda tertarik untuk terus mendalami studi kasus proyek kripto yang menarik, memahami dinamika pasar DePIN, atau mendapatkan analisis mendalam tentang dunia aset digital, kami mengundang Anda untuk bergabung dengan komunitas kami di Instagram. Di Akademi Crypto Instagram, kami membahas berbagai aspek penting dalam investasi dan trading cryptocurrency, mulai dari analisis fundamental, teknikal, hingga studi kasus proyek inovatif seperti Helium, membantu Anda membangun pemahaman yang kuat untuk navigasi pasar yang lebih terinformasi.
Tanggapan (0 )