Siap menguasai investasi aset digital? Gabung dengan Akademi Crypto sekarang! Gabung Sekarang →

Akademi Crypto

The Graph GRT: Indeks Data Blockchain untuk Web3 & AI

Pelajari The Graph (GRT), protokol indexing terdesentralisasi yang menjadi ‘Google untuk Blockchain’. Atasi masalah lambatnya akses data on-chain dan buka potensi Web3, DApps, serta AI dengan solusi indexing data blockchain yang efisien ini.

0
1
The Graph GRT: Indeks Data Blockchain untuk Web3 & AI

Ekosistem Web3, yang dibangun di atas fondasi blockchain, menawarkan transparansi, desentralisasi, dan kontrol data yang lebih besar kepada pengguna. Kontrak pintar menjalankan logika kompleks, dan setiap aksi – transaksi, interaksi, atau perubahan status – tercatat permanen dalam ledger terdistribusi. Data on-chain ini krusial: ia merekam kepemilikan, riwayat transaksi, status aset digital, dan lainnya. Namun, mengakses data mentah ini, terutama dalam volume besar, bukanlah hal yang mudah.

Mendapatkan informasi spesifik dari blockchain – seperti total token ERC-20 seorang pengguna atau riwayat pembelian NFT – memerlukan pemindaian blok demi blok dan pemrosesan ulang logika kontrak pintar untuk setiap transaksi. Ini adalah proses yang lambat dan boros komputasi. Melakukan query data spesifik langsung dari node blockchain, apalagi node publik dengan batasan rate-limit, sering kali tidak efisien dan mahal.

Tantangan akses data on-chain yang lambat ini menjadi kendala signifikan bagi pengembang aplikasi terdesentralisasi (DApps), analis data, dan bahkan model kecerdasan buatan (AI) yang ingin memanfaatkan perilaku pengguna di blockchain. Mereka memerlukan cara yang cepat, andal, dan terstruktur untuk mengakses data relevan tanpa harus membangun dan mengelola infrastruktur indexing sendiri. Pertanyaannya adalah: bagaimana mengubah data blockchain yang mentah dan tersebar menjadi informasi yang siap pakai?

Apa Itu The Graph (GRT)?

Di sinilah The Graph (GRT) hadir sebagai solusi fundamental. Jika kita membandingkannya dengan internet, ketika kita mencari informasi di web yang luas dan tidak terorganisir, kita menggunakan mesin pencari seperti Google yang telah mengindeks miliaran halaman. Mirip dengan itu, The Graph bisa dipahami sebagai "Google untuk Blockchain".

The Graph adalah protokol indexing terdesentralisasi yang dirancang khusus untuk data blockchain. Tujuan utamanya adalah membuat data blockchain mudah diakses dan efisien melalui API standar, khususnya GraphQL. Alih-alih memaksa pengembang atau analis memproses data mentah langsung dari node, The Graph memungkinkan mereka melakukan query terhadap data yang telah diindeks dan disusun dengan rapi.

Intinya, The Graph menciptakan pasar terdesentralisasi tempat para partisipan berkolaborasi mengorganisir dan menyediakan data blockchain. Token Graph (GRT) adalah mata uang utilitas yang menggerakkan ekosistem ini. GRT digunakan untuk membayar layanan query, memberikan insentif kepada partisipan jaringan, serta menjaga keamanan dan integritas data yang diindeks.

Mengapa The Graph Dibutuhkan?

Kebutuhan akan The Graph sangat terasa di tengah pertumbuhan pesat ekosistem Web3. Aplikasi terdesentralisasi (DApps) modern memerlukan data yang kompleks dan spesifik untuk berfungsi penuh. Contohnya, bursa terdesentralisasi (DEX) butuh data riwayat perdagangan, likuiditas pool, dan harga token secara real-time. Platform pinjaman memerlukan data jaminan, posisi pinjaman, dan riwayat pembayaran. Game NFT perlu data kepemilikan aset, metadata item, dan riwayat interaksi dalam game.

Mengambil data ini secara tradisional, yaitu dengan panggilan langsung ke kontrak pintar atau membaca log transaksi dari node, sangat tidak efisien. Setiap panggilan hanya memberi sepotong kecil data, dan menggabungkannya butuh banyak permintaan dan logika pemrosesan di sisi aplikasi, menyebabkan latensi tinggi dan pengalaman pengguna yang buruk.

Metode indexing terpusat memang ada, di mana satu entitas mengindeks data dan menyediakannya melalui API. Namun, ini bertentangan dengan prinsip desentralisasi Web3 dan berisiko tinggi (single point of failure) serta potensi sensor. The Graph menyediakan solusi indexing terdesentralisasi, menghilangkan kontrol tunggal atas akses data penting ini.

Lebih luas lagi, data blockchain terstruktur sangat diminati oleh data scientist dan pengembang AI. Analisis sentimen, prediksi pasar, identifikasi pola perilaku – semua ini bisa ditingkatkan dengan data on-chain. Namun, data mentah tidak cocok untuk pelatihan model AI. Mereka butuh data bersih, terorganisir, dan mudah di-query. The Graph menjembatani kebutuhan ini, mengubah 'lautan' data blockchain tak terstruktur menjadi 'danau' data yang siap dianalisis dan dimanfaatkan AI, membuka potensi baru untuk blockchain for AI data.

Bagaimana Cara Kerja The Graph?

Arsitektur The Graph Network dirancang untuk secara terdesentralisasi mengindeks data dari berbagai blockchain (termasuk Ethereum, NEAR, Polygon, Arbitrum, Optimism, Avalanche, Celo, Fantom, Moonbeam, IPFS, dll.) dan menyediakannya melalui GraphQL.

Proses kerja The Graph dimulai ketika pengembang mendefinisikan data spesifik dari kontrak pintar di blockchain yang ingin mereka indeks. Definisi ini disebut "subgraph".

Komponen Utama dalam The Graph Network

  • Indexers: Operator node yang menjalankan Graph Node. Tugas mereka adalah memindai blockchain, memproses data sesuai spesifikasi subgraph, dan menyimpan data terindeks. Mereka mempertaruhkan (stake) token GRT sebagai jaminan ketersediaan dan keakuratan data. Indexers melayani query dan mendapatkan imbalan berupa biaya query dan reward indexing (GRT baru yang dicetak). Mereka bertanggung jawab atas indexing blockchain data.
  • Curators: Individu yang menggunakan keahlian mereka mengidentifikasi subgraphs bernilai tinggi untuk diindeks. Mereka memberi "sinyal" (signal) pada subgraph dengan mempertaruhkan GRT di bonding curve subgraph terkait. Sinyal ini membantu Indexers tahu subgraph mana yang prioritas. Curators mendapat sebagian kecil biaya query dari subgraph yang mereka sinyalkan, memberi insentif untuk menemukan dan mendukung subgraphs yang banyak digunakan.
  • Delegators: Partisipan jaringan yang ingin berkontribusi pada keamanan jaringan The Graph tetapi tidak menjalankan Graph Node. Mereka mendelegasikan GRT mereka ke Indexers yang sudah ada. Delegators mendapat bagian dari reward indexing dan biaya query Indexer tempat mereka mendelegasikan, setelah dikurangi bagian Indexer. Ini memungkinkan partisipasi pasif.
  • Consumers: Pengguna yang melakukan query data dari Indexers menggunakan subgraphs. Ini bisa berupa DApps, layanan data, analis, atau individu. Mereka membayar biaya query kepada Indexers, Curators, dan Delegators, biasanya dalam GRT atau setara yang dikonversi ke GRT.

Subgraphs: Definisi Data Terindeks

Subgraph adalah inti dari bagaimana The Graph mengatur data blockchain. Sebuah subgraph adalah deskripsi terbuka (open API) tentang cara mengindeks dan mengakses data spesifik dari blockchain.

Setiap subgraph didefinisikan oleh komponen kunci:

  • Manifest: File YAML yang mendefinisikan sumber data (blockchain dan kontrak pintar yang dipantau), events atau fungsi relevan, dan lokasi file skema serta mapping. Ini adalah cetak biru awal untuk indexing.
  • Schema: Ditulis menggunakan GraphQL Schema Definition Language (SDL). Ini mendefinisikan struktur data akhir yang dihasilkan subgraph. Misalnya, skema DEX bisa mendefinisikan entitas seperti Trade (dengan properti seperti id, timestamp, trader, tokenIn, dll.) atau Pool (dengan properti seperti id, token0, liquidity, dll.). Panduan query data smart contract dengan Graph dimulai dari pemahaman skema ini.
  • Mapping: Kode AssemblyScript yang "mendengarkan" events spesifik dari kontrak pintar (sesuai manifest) dan memproses data dari events tersebut menjadi entitas sesuai skema. Mapping ini bertanggung jawab mengubah data mentah blockchain ke struktur terindeks.

Pengembang membuat dan menyebarkan subgraph mereka (cara membuat subgraph The Graph) ke Graph Network. Indexers dapat memilih mengindeksnya, terutama jika Curators memberi sinyal. Setelah diindeks, data siap di-query siapa saja menggunakan endpoint GraphQL.

Subgraph protocol ini memastikan data diindeks secara konsisten dan dapat diverifikasi, memungkinkan siapa pun membangun aplikasi di atas data tanpa harus memahami detail data mentah berbagai blockchain.

Peran The Graph untuk DApps dan AI

Bagi pengembang DApps, The Graph adalah pengubah permainan. Alih-alih menulis kode kompleks untuk berinteraksi langsung dengan node dan memproses data manual, mereka cukup menulis query GraphQL sederhana ke endpoint subgraph relevan. Ini sangat mempercepat pengembangan, mengurangi beban backend atau frontend, dan meningkatkan kinerja aplikasi.

Contohnya, DApp dompet bisa query subgraph ERC-20 untuk menampilkan saldo token pengguna. Platform analitik DeFi bisa query subgraph DEX untuk volume perdagangan historis. Marketplace NFT bisa menggunakan subgraph untuk data kepemilikan, atribut, dan riwayat penjualan. Integrasi The Graph dengan dApps menjadi pola desain standar di Web3 karena efisiensinya.

Selain itu, potensi blockchain for AI data melalui The Graph sangat besar. Model AI butuh data terstruktur bervolume besar untuk pelatihan. Data on-chain, walau transparan, awalnya tidak terstruktur. Subgraphs mengubah transaksi, interaksi kontrak pintar, dan events menjadi set data yang rapi dan terorganisir dalam format grafik (GraphQL), ideal untuk algoritma machine learning. Data riwayat transaksi dari subgraph bisa melatih model deteksi penipuan atau prediksi tren pasar. Data interaksi DeFi dapat menganalisis risiko atau mengoptimalkan strategi yield farming. Akses mudah ke data on-chain terindeks membuka frontier baru riset dan aplikasi AI di ruang Web3.

Ekonomi Token GRT

Token GRT adalah elemen vital yang menggerakkan dan menyelaraskan insentif dalam The Graph Network. GRT berfungsi sebagai token kerja (work token) dan token staking, menciptakan pasar ekonomi untuk layanan indexing dan querying data blockchain.

  • Staking: Indexers dan Curators mempertaruhkan GRT untuk berpartisipasi. Staking GRT Indexers adalah jaminan layanan indexing dan query yang akurat dan andal. Pelanggaran aturan bisa mengakibatkan sebagian GRT yang di-stake dipotong (slashing). Curators mempertaruhkan GRT untuk memberi sinyal pada subgraph yang bernilai.
  • Delegasi: Delegators mendapat bagian dari reward indexing dan biaya query dengan mendelegasikan GRT ke Indexers berkinerja baik. Ini memungkinkan pemegang GRT berkontribusi pada keamanan jaringan dan mendapat imbalan tanpa menjalankan node.
  • Biaya Query: Consumers membayar biaya query kepada Indexers untuk mengakses data terindeks. Biaya ini dibayarkan dalam GRT (atau setara yang dikonversi). Sebagian biaya ini didistribusikan kepada Indexers, Curators, dan Delegators. Sebagian kecil biaya query juga "dibakar" (burn), mengurangi pasokan GRT seiring waktu. Biaya query data The Graph dirancang agar efisien.
  • Reward Indexing: Protokol mencetak GRT baru sebagai reward indexing, didistribusikan kepada Indexers dan Delegators proporsional dengan GRT yang di-stake/delegate dan volume query yang dilayani. Ini memberi insentif Indexers untuk terus mengindeks data baru.

Ekonomi token GRT menciptakan umpan balik positif: semakin banyak DApps menggunakan The Graph (meningkatkan permintaan query), semakin banyak biaya query dihasilkan; semakin banyak biaya query, semakin menarik bagi Indexers (butuh staking GRT); semakin banyak Indexers, semakin andal jaringan; semakin andal jaringan, semakin banyak pengembang menggunakannya, dan seterusnya.

Bagi yang bertanya "apakah The Graph (GRT) investasi bagus", jawabannya sering bergantung pada pandangan tentang pertumbuhan ekosistem Web3 dan adopsi desentralisasi. Sebagai infrastruktur fundamental yang mengatasi masalah data krusial, nilai GRT terikat pada utilitas dan pertumbuhan jaringan. Peningkatan penggunaan subgraphs dan permintaan query secara langsung mendorong aktivitas ekonomi dan permintaan GRT.

Keunggulan The Graph Dibanding Metode Lain

Membandingkan The Graph dengan metode indexing atau akses data on-chain lainnya, beberapa keunggulan The Graph dibanding metode indexing tradisional atau sentralistik menjadi jelas:

  • Desentralisasi: Tidak ada entitas tunggal yang mengontrol jaringan atau data. Ini mengurangi risiko sensor, single point of failure, dan ketergantungan pihak ketiga.
  • Efisiensi: Query data terindeks via GraphQL jauh lebih cepat dan efisien daripada membaca data mentah atau banyak panggilan kontrak pintar.
  • Standarisasi: GraphQL menyediakan antarmuka query standar yang familier bagi pengembang, terlepas dari blockchain sumber data.
  • Ekonomi Terinsentif: Model ekonomi GRT otomatis memberi insentif Indexers, Curators, dan Delegators untuk layanan andal dan akurat.
  • Fleksibilitas: Pengembang bisa membuat subgraphs kustom untuk data spesifik, memberi fleksibilitas dibanding solusi generik.
  • Biaya Query yang Lebih Rendah (skala besar): Meski ada biaya per query, dalam volume tinggi, menggunakan The Graph sering lebih hemat biaya daripada menjalankan infrastruktur node dan indexing sendiri.

The Graph adalah lapisan infrastruktur vital di Web3. Dengan mengatasi tantangan akses dan organisasi data blockchain, The Graph memungkinkan inovasi DApps, analisis data on-chain, dan integrasi data blockchain dengan AI. Analogi "Google untuk Blockchain" tepat menggambarkan peran The Graph sebagai jembatan yang membuat informasi di ledger terdistribusi mudah dicari dan diakses.

Melalui arsitektur Indexers, Curators, Delegators, dan subgraphs, The Graph membangun ekosistem data yang tangguh, terdesentralisasi, dan efisien. Token GRT adalah mesin ekonomi yang menyelaraskan insentif partisipan, mendorong pertumbuhan dan utilitas jaringan.

Seiring pertumbuhan ekosistem Web3 dan kompleksitas data on-chain, peran The Graph sebagai protokol indexing terdepan akan makin krusial. Ini bukan hanya mencari data, tapi membuka potensi penuh data blockchain untuk generasi berikutnya aplikasi dan layanan terdesentralisasi.

Jika Anda pengembang DApps, analis data on-chain, atau investor infrastruktur Web3, memahami The Graph adalah langkah penting. Untuk mendalami lebih jauh tentang teknologi Web3, infrastruktur seperti The Graph, serta wawasan investasi dan trading crypto dari praktisi, temukan informasi dan terhubung dengan komunitas proaktif melalui Instagram kami: https://www.instagram.com/akademicryptoplatform

A.F. AuliaA
DITULIS OLEH

A.F. Aulia

Blockchain believer | Crypto analyst | Sharing knowledge tentang dunia digital asset dan teknologi yang mengubah masa depan keuangan.

Tanggapan (0 )



















Promo Akademi Crypto

Jadi Investor Cerdas

Dapatkan analisis pasar kripto, panduan investasi, dan berita terbaru langsung ke email Anda. Berhenti berlangganan kapan saja.

👋 Ikuti kami di media sosial